Renungan Satu Halaman: Basi
Kata Basi, jika menyangut makanan maka artinya sudah tidak bisa dikonsumsi lagi, sudah tidak enak lagi, bahkan bisa menimbulkan penyakit dan sakit. Sudah tidak layak lagi, kadaluarsa.
Basi juga bisa disangkutpautkan dengan hal lain, janji para calon pemimpin, umpamanya di Pilkada atau pemilihan langsung yang dianggap demokratis. Calon-calon pemimpin yang bertarung berjanji membuat segalanya lebih baik. Tapi begitu terpilih bukannya menjadikan lebih baik, bahkan jadi lebih buruk. Uang dan peluang rakyat hilang, yang tadinya berjanji malah korupsi. Itulah janji basi.
Pemandangan melihat janji-janji basi bisa kita lihat di Pilkada dan pemilihan langsung periode-periode lalu, juga di Pilkada serentak tahun 2024 ini. Jelang Pilkada jalanan penuh dengan poster, baliho, papan reklame, spanduk dari para calon yang mengobral janji. “Sudah saatnya rakyat sejahtera”. “Untuk kehidupan yang lebih makmur”. “Mengabdi untuk bangsa dan negara”. “Saya siap demi rakyat sentosa”. Itulah cara (katanya) para calon pemimpin untuk menarik para pemilih. Narasi janji-janjinya manis, membawa angin surga, seperti malaikat kebaikan yang mau merubah dunia. Tapi janji-janji itu pada dasarnya sudah basi.
Dulu ada iklan rokok bertema bukan basa basi. Namanya juga iklan komersial, harus kreatif. Namun ternyata diikuti oleh para petarung pemilihan langsung di alam democrazy ini, minus kreatifitas, mengobral janji meyakinkan para pemilih yang penuh harap. Namun tetap saja menjadi basi. Meskipun para calon (katanya) pemimpin keukeuh ingin menunjukkan bukan basa basi (seperti iklan komersial), memaksa para pemilih untuk percaya. Photo mereka terpampang super PD (percaya diri). Faktanya janji-janji tetap saja basi.
Tapi sesungguhnya saya berharap tulisan ini menjadi basi, karena janji-janji itu ternyata bisa terealisasi. Para pemimpin terpilih benar-benar mengabdi. Tiada lagi korupsi. Bukan lagi basa basi. Namun kapan tulisan ini menjadi basi? Tapi itu nanti. Tidak perlu bertanya lagi, kecuali pada pada rumput yang bergoyang, seperti kata Ebiet G. Ade.
Kini banyak pemimpin yang berjanji tadi masih korupsi lagi, korupsi lagi.
*Aam Bastaman. Ketua Senat Universitas Trilogi, Jakarta.