Renungan Satu Halaman: Agama Cinta
Agama menjadi bagian penting dalam kehidupan kita umat manusia. Didalamnya kumpulan ajaran-ajaran kebaikan dan kearifan dalam menempuh kehidupan dunia yang fana. Oleh karena itu agama sejatinya mendamaikan, untuk mengisi relung hati dengan rasa penuh welas asih dan syukur. Menjadi hal yang lumrah khotbah agama harus selaras dengan tujuan beragama.
Pemuka agama yang berkhotbah dengan mencaci maki, menunjukkan kebencian, dendam, mengajak permusuhan pastilah orang yang (disayangkan) bermasalah. Karena melawan kehendak agama sebagai jalan damai penghantar kebaikan antar sesama manusia, alam semesta maupun dirinya sendiri.
Agama itu cinta, kata seorang cendekiawan. Tentunya ia mengikuti petunjuk Nabi - rahmat bagi semesta alam.
Mengapa saling menghancurkan, padahal keniscayaannya harus saling menjaga dan memelihara. Memimpin untuk melestarikan. Diciptakan manusia yang beragam untuk saling mengenal dan bekerja sama. Mengapa menistakan tujuan Tuhan menciptakan keragaman manusia?
Ajaran Nabi “jangan berlebihan”, apalagi perilaku buruk, seperti mencaci maki. Mencaci maki saja sudah buruk, apalagi mencaci maki berlebihan, karena agama itu jalan damai, jalan yang menentramkan. Jalan yang dibukakan oleh Tuhan.
Mari kita masuk ke esensi dalam beragama, untuk menjadikan ritual tidak hanya terlihat sebagai kemasan semata, tapi masuk ke relung jiwa, terpatri, membuat agama penuh makna batiniah, kearifan dan kebajikan. Di dalamnya ada cinta.
(Aam Bastaman - Pegiat traveling. Warga Universitas Trilogi)