Mengubah Limbah Jadi Lautan Manusia

Para Petugas Lapangan KB di Pacitan rupanya berjiwa seni yang tinggi. Disuatu desa di pegunungan, sebut saja Desa Sidodadi, tidak memiliki lapangan untuk menggelar rapat besar mengumpulkan masa guna mendengarkan Pidato Kampanye KB yang gegap gempita, Dirancang pertemuan itu endengarkan Pidato anak Pacitan yang konon jadi tokoh andalan secara nasional. Konon tokoh     itu anak seorang guru yang terkenal di desa di gunung itu.

Maka petugas lapangan memenuhi Lembah itu dengan lautan spanduk dengan gambaran logo KB warna warni sehingga terkesan limbah itu berubah indah seakan suatu limbah yang penuh dengan gebyar seni. Apalagi sudah diii dengan gamelan reyok yang sejak pagi sudah melengking seakan menimpalinsega;a bunyi yang ada di desa gining tersebut.

Pak Camat dengan semua Kepala Desa dan punggawa disekitar sudah tumpek bleg di panggung yang disulap di salah satu bagianbukit menghadap ke lapangan cekukan anatara dua gunung yang membentuk limbah.

Limbah sudah penuh dengn  bapak ibu desa dengan segala dandanannya menghadap panggung dan ada yang panjat pohon di bukit-bukiy, suatu pemandangan yang indah dan mempesona

Dengan iringan gamelan reyok pak Haryono diiringi pajabat BKKBN Jatimdan Pacitan masuk panggung disambut sorak sorai hadirin yang dipimpin petugas lapangan yang menyebar menjadi penggerak dilapangan yang sangat luas itu. Hati bergetar seakan seorang pemimpin politik akan pidato untuk kampanye besar.  Waktu itubelum ada kampanye DPR atau Kampanye Calon Presiden sehingga kampanye KB adalah pertunjukan perdana yang tidak ada saingannya.

Pidato demi pidato berlangsung meriah karena untuk pertama kali digelat sebagai kampanye masa yang belum ada saingannya. Puncak pidato dilakukan pak Haryono yang seakan seerti macan lapangan yang meraung memecah masa mengundang gisteris pro KB dan siap suksekan program untuk rakyat tersebut.

Kesan yang mendalam setelah selesai, dalam perjalanan Bersama pak Camat dan Kepala Desa, hampir semua orang ingin bersalaman, berdesak ingin menyenruh tangan kecil yang dilindungi pejabat daerah yang penuh senyum. Sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan.

Haryono SuyonoComment