Wisuda Mas Bima Meengingatkan Masa Indah
Kami teringat pada detik-detik menjelang acara wisuda yang ditahdai dengan acara berpacaran dengan seorang gadis Kampung Melayu Astuty Hasinah yang kecil, manis dan cantik.
Mula-mula kami tertarik padanya karena sahabat kami Hananto Sigit mahasiswa terpandai di Akademi Ilmu Statistik (AIS) asal Semarang, paling pandai di kelas, mondok pada rumah psds keluarga gadis kami tersebut, yang secara tidak langsung memberi semangat kntuk mengambil hati kapada gadis kecil yang menarik tersebut.
Hari-hari berikut setiap malam Minggu kami tifak pernah absen datang dan bercengkerama dengan gadis kampung tersebut. Kami ingat pada jaman itu kunjungan pacar harus memiliki kekayaan cerita yang dialognya dilakukan ditempat terbuka dan kalau perlu diikuti oleh khalayak yang bamyak. Karena itu ceritanya harus menarik dan membuat kebanggaan bagi gadis kita.
Acara malam Minggu itu biasa ddiikuti drngan acara hari Minggu mancing di kali ciliwung, resminya berusaha mendapat ikan kecil-kecil yang mudah dipancing karena lapar.
Siangnya pada waktu makan siang yang nikmat kami disuguhi makan siang ala Betawi. Tadinya kami sangka dimasak oleh anak gadis yang kami anggap pandai masak. Ternyata yang masak ibunya, anak gadis idaman kami tidak ahli masak.
Kalau kita habis bahan, dalam obrolan lami tawarkan acara nonton bioskup di Nusantara dengan film jaman dulu yang romantis, menarik tetapi waktu itu belum ada adegan cium atau percintaan jaman kini, tretapi cukup menarik dan memberi imaginasi merangsang, memberi tambahan rasa cinta kasih yang makin dalam. Setidaknya waktu lampu mati kita saling pegangan mesra. Acara rutin itu berlangsung lama sebelum kami diwisuda.
Akhirnya kami diwisuda dengan meriah oleh Presiden RI waktu itu dijabat Ir H. Juanda di Gedung LAN di Jakarta. Tempat Gedung itu disumbangkan oleh Direktut LAN atas bujukan kami dari mahasiswa dengan ijin Kepala BPS.
Pada saat wisyda, semua acara kursus LAN pada saat wisuda dihentikan dan peserta dikerahkan hadir pada acara wisuda sehingga kursi undangan penuh seakan acara Wisuda mendapat perhatian sangat tinggi. Wisuda berlangsung sangat neriah memuaskan semua kalangan.
Setelah acara wisuda hari Senin berikutnya semua lulusan dikumpulkan mendapat pembagian tugas pada biro-biro dalam lingkungan BPS. Kami sedang cuti persiapan pernikahan dengan gadis pujaan dari Kampung Melayu si dua trempat di Kampung Melayu dan dI Bidara Cina, kediaman kakak KAMI Sumargo dan Sugiatin.
Setelah cuti satu minggu karena menikah kami masuk ke BPS akan mulai bekerja tetapi pembagian tenaga ke biro-biro sudah selesai sehingga kami diperbantukan pada Direktur Akademi Ilmu Statistik Bapak Nugroho MA.
Akhirnya kami ditugaskan membantu tenaga ahli PBB sebagai Ketua Asisten Dr KGC Nair untuk Sensus Industri tahun 1964. Itulah awal karier gemilang sampai tahun 1965.
Pada tahun 1965 dipindahkan sebagai Wakil Kepala Kanwil Kantor Sensus dan Statistik DKI Jakarta. Karena Kepala sakit-sakitan, maka kami diangkat sebagai Kepala Kanwi Sensus dan Statistik DKI Jakarta. Peristiwa langka seorang tamatan AIS sebagai Kepala Kanwil.
Kami diperbantukan pada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
Sebagai Kepala Kanwil kami menerrbitkan buku Statistik Darah yang menjadi acuan masional “Jakarta Dalam Angka” yang menjadi pedoman seluruh Kanwil Statistik diseluruh Indonesia.
Melalui penerbitan itu kami memperkenalkan DKI Jakarta lebihh intensip yang menggelhami Gubernur memanggil kami melalui Ajudan beliau untuk mempersiapkan pidato beliau pada Konperensi Kependudukan Dunia yang diadakan di Jakarta dan memerintahkan agar kami terus mnulis tentang Jakarta.
Pidato beliau itu menarik bagi para peserta sehingga kami dicalaonkan untuk studi ke Universiras Chicago asal nenenuhi syarat lulus dengan baik pada seminar Internasional pada waktu Summer pada Universitas yang sama. Iyulah awal kami berjuang dengan tekun melalui universitas Chicago di USA.