Menyimpan Bunga Dewi Retno (Copy)
Menyimpan Kembang Dewa Retno yang Semerbak
Anak Raja Alengko Diraja melalui perjuangan adu nyawa yang dahyat berhasil memenuhi perintah ayahnya Raja Akengka Diraja mendapatkan bunga Dewa Retno yang baunya sangat semerbak. Keberhasilan itu tidak segera dilaporkan kepada ayahnya karena Ratu Anom ini tertarik pada semerbak bau yang menimbukan gairah cinta kasih yang luar biasa.
Untuk mengamankan bunga dengan bau yang luar biasa itu dipanggilnya Patih Kerajaan Patih Prahasto yang relatip sudah sepuh guna menyimpan bunga tersebut. Bunga itu diserahkan kepadanya untuk disimpan dengan baik dan dianggap aman karena sang patih sudah sepuh,
Sampai di kepatihan bunga itu dititipkan pada isterinya yang masih muda untuk dirawat karena perintah putra mahkota Raja Alengko Diraja.
Konon Raja Rama yang khilangan bunga ini memerintahkan kepad seokor prajurit unggulan kera serba hitam untuk mencarinya dengan petunjuk Kyai Semar yang pda waktu itu ikut Prabu Romo Wijaya. Oleh Kyai Semar kera serba hitamtersebut dicipat menjadi seorang satria dengan kemampuan membau yng luar biasa. Semar semedi dan diperolehinformasi bahwa bunga yang dicari iatu dilarikan kearah kediaman Patih Prhasto di Alengko Diraja.
Istana Patih Prahasto dilindungi dengan pagar yang sangat tinggi dan oleh Kyai Semar dicipta menjadi sangat pendek dan mudah dilewati. Bambang Pramudya yang dicpta Semar dengan mudah lewat menuju Taman Sari Patih Prhasto dan bertemu dengan isteri patih yang masih muda dan cantik. Berkat bunga yang disimpan sebagai hiasan rambut sang Dewi, beliau Dewi Suhemi yang tidak lagi disntuh sang Patih jatuh hati pada Raden Pramudya ciptaan Semar sampai gandrung lupa diri.
Pada waktu sang Dewi gandrung itu, bunga yang ada pada rambut dewi Suhemi dicabut dari rambut sang Dewi dan dilarikan Raden Prihasto dengan cekatan. Akhirnya ketahuan dan Dewi Suhemi kapor kepada Sang Patih yang selanjutnya siap mati lapor kepada putra mahkota.
Putra mahkota terpaksa membunuh Patih Prahasto karena kelalaian itu tetapi putra mahkota juga bersalah karena tidak melapor akhir tugas yang diberikan ayahanda beliau.
Keadaan kongkalingkong itu menjadi ruwet karena setiap penugasan tidak dilaporkan hasilnya dengan baik le[ada atasan pemberi perintah.