Mengacau Rakyat untuk Goncangkan Negara
Suatu Lakon Wayang Kulit yang menarik pernah disajikan oleh Dalang terkenal almarhum Mantep Sudarsono dimulai dengan adegan “sowannya Raja Amarto Sinuwun Punta Dewa” kepada Bathara Guru di Kahyangan dalam keadaan wujud langsung. Dalam situasi Kampanye Pemilihan Umum dewasa ini Lakon ini perlu disimak guna menghindari rekayasa yang bisa menyesatkan dan bisa merugikan bangsa secara keseluruhan. Bisa saja dicontohkan rakyat bisa dibuat gelisah, pangan harganya membubung tinggi atau mau sekolah sulitnya setengah mati dengan tujuan agar rakyat gelisah menghadapi pemilihan umum dan hilang kepercayaannya kepada pemerintah yang sah.
Setelah ditanya Bhatara Guru dihadapan Sidang para Dewa dimana hadir Dewi Durga mantan isteri Bhatara Guru, Prabu Punta Dewa mengaku sudah kewalahan menjadi raja karena para satria dan punggawa kerajaan tidak memikirkan rakyat. Mereka memikirkan diri sendiri sehingga rakyat makin sengsara dan tidak peduli pada petunjuk raja. Sang Prabu meminta agar beliau dicopot dan dihukum atas kekuasaan Dewa.
Setelah ditanya panjang lebar oleh Bathara Guru akhirnya Raja Punta Dewa diminta menunggu di tempat tunggu diluar istana Dewa sampai nantinya akan diberi petunjuk lebih lanjut. Pertemuan Dewa berlanjut.
Di tempat menunggu, setelah pertemuan selesai, Bethara Kala, putra Bathara Guru mendatangi tempat Raja Punta Dewa seakan membawa pesan dari ayahnya. Menurut Bathara Kala beliau telah diijinkan memenuhi kehendak Prabu Punta Dewa yang ingin dibunuh dan raganya bisa dimakan oleh Bathara Kala. Maka dengan Ikhlas Raja Punta Dewa menyerah memenuhi janjinya untuk mati dibunuh Dewa.
Saking nafsunya mau makan daging Raja Punta Dewa yang dianggap manusia Sukerta, maka dipegang kepala sang raja, termasuk dirusak gelung Punta Dewa yang dianggap sakral karena digelung oleh ibunda Dewi Kunti. Raja Punta Dewa marah besar dan mengerahkan kekuatan batinnya sehingga gigitan Bethara Kala tidak melukai raja. Bethara Kala menyerah dan membatalkan gigitannya.
Karena tersinggung itu Raja Punta Dewa marah besar, berubah menjadi raksasa yang besar dan mengobrak abrik kahyangan seisinya. Raksasa putra Sang Guru dan Ibunya lari kalang kabut dan akhirnya bertemu dengan Semar serta diusir kembali ke kerjaan para Jin membatalkan maksudnya memakan para Pendowo. Kerajaan Ngamarto Kembali tenang dan semua apparat dapat diatur Kembali dengan baik.
Hikmahnya dewasa ini pada pemilihan umum afa kemungkinan gangguan yang direka yasa bahwa rakyat gelisah dan mengadakan onar mengacau pemilihan yang mestinya berlangsung damai. Bisa timbul keributan yang tidak ada gunanya kecuali menganggu ketentraman rakyat banyak. Semoga situasi tetap aman, tenang dan damai.