Hidup Gaya Internasional Tetap Berkepribadian Jawa

Kisah dibawah ini sangat menarik, bisa menjadi renungan kita semua. Pada jaman serba berubah cepat dewasa in, kita menyangka hanya diikuti oleh masyarakat Barat saja, bukan oleh masyarakat kita. Kisah berikut ini adalah kisah sebuah keluarga Indonesia yang Bahagia dengan dua orang anak, seperti dianjurkan Program KB di masa lalu, yang menghadpi perubahan sangat cepat dewasa ini. Orang tuanya dengan penuh kasih sayang mengikuti perubahan yang terjadi dengan sabar dan yakin bahwa anaknya yang tercinta mampu menikmati jaman yang berjalan dan berubah serba cepat dewasa ini dengan kenikmatan yang memadai.

Kisah ini dimulai saat anak pertama mereka seorang puteri dan anak kedua seorang pria yang lahir dengan jarak dua tahun mulai masuk sekolah sampai ke tingkat SMA. Keduanyq lulus dari suatu SMA yang menjadi kebanggaan masyarakat di Bandung. Keduanya menimba ilmu pada Perguruan Tinggi ternama dan lulus dari ITB. Ceritanya unik. Seperti biasa, pada waktu SMA ikut bimbingan tes yang memiliki reputasi bagus di Bandung. Bahkan setiap minggu, guru les diundang memberikan bimbingan langsung di kediaman sambil tetap diawasi langsung.

Lebih dari itu, dalam periode bimbingasn tersebut setiap minggu sebagai ibunya memerlukan mengantar anak langsung ikut try out di dua tempat secara mandiri dengan penuh kasih sayang. Anak mereka sejak SMP-SMA bersekolah yang memiliki passing grade masuk perguruan tinggi yang cukup tinggi membuat kedua orang tua merasa bersyukur. Lebih dari itu, anak mereka memiliki kebiasaan yang baik. Sejak SMA setiap pulang sekolah selalu merapihkan catatannya sehingga seakan seperti mengulang pelajaran di kelas seperti diberikan oleh gurunya.

Pada waktu memasuki tes masuk ITB anak mereka memilih jurusan sendiri kebetulan sama yang dipilih bapaknya yaitu elektro. Saat pngumuman tiba kalem saja kedua orang tua menunggunya. Jam 23.00 temannya yang bapaknya dekan di ITB, menilpon bahwa nama anak mereka belum muncul. Jantung terasa degupnya makin kencang namun mereka sabar menghibur diri menunggu keluarnya pengumuman resmi.

Pagi harinya pada waktu pengunuman resmi keluar, nama anak mereka tidak tercantum didalamnya. Orang tua dan anak menangis tidak menyangka bahwa anak mereka  yang selama ini nilainya selalu bagus berkat rajin belajar bisa tidak lulus tes masuk Perguruan Tinggi. Pasti ini merupakan suatu cobaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Untuk mengisi waktu, selama satu tahun anak mereka mengambil les Bahasa Inggris, perancis dan Jepang. Untuk hiburan, mereka memberi kesempatan kepada anaknya berkunjung kepada Saudara-saudara dan teman-temannya di Malang, Makassar dan Banjarmasin.

Waktu satu tahun berlalu dengan selamat. Selanjutnya anak mereka mengikuti tes untuk  jurusan Teknik Fisika dan lulus serta mengambil kuliah pada Jurusan Teknis ITB dengan lancar yang akhirnya lulus dalam Jurusan yang dipilihnya itu.

Sebelum lulus Bersama seorang temannya, sama-sama mahasiswa ITB, dikirim ke Jerman untuk belajar di suatu Laboratorium selama 3 bulan. Selesai 3 bulan sebelum pulang ke tanah air anak mereka mengusulkan bahwa dirinya sudah terlanjur di Erfurt Jerman dan meminta ijin untuk meneruskan ke s2 di Jerman. Mereka tidak berkeberatan dan akan sangat bangga, tetapi biaya tidak mampu mereka tanggung. Dia telah memiliki jawaban bahwa uang kuliah gratis, sedangkan living cost dicarikan sponsor oleh dosennya. Setelah pulang anak mereka mengambil les Bahasa Jerman di Göethe institute dan pada tahun 2000  berangkat ke Jerman diantar smpai Cengkareng. Selebihnya anak mengatur sendiri perjalanan dan bagaimana tinggal di luar negeri. Mereka yakin karena anak-anak dididik dengan pola hidup mandiri dan sederhana.

Di tempat yang baru anak mereka belanjar selama 18 bulan dan lulus dengan baik dalam jurusan  s2 elektro. Setelah lulus melamar pekerjaan dan memperoleh kerja di PnG di Brusel. Di tempat kerja ini ada Ibu Wilma Goppel, mantan Konsultan Diklat Internasional BKKBN. Mereka titipkan anak mereka pada Ibu Wilma yang secara kebetulan apartemen yang disewa anak mereka dekat apartemen Ibu Wilma. Di tempat ini ibunya sempat menengok anak dan Ibu Wilma satu kali.

Setelah bekerja 4 tahun sebagai Ir Elektro di PnG Belgia rupanya anak mereka dipercaya Pimpinannya. Anak mereka ditugaskan ke PnG Itali di Parma (tempat keju Parmesan)  memegang bagian yang lebih penting. Di tempat tugasnya yang baru anak mereka memperoleh fasilitas rumah dinas, bukan apartmen. Di tempat baru ini anak mereka hanya betah tinggal selama dua tahun. Alasannya tidak suka dengan gaya hidup di Itali yang "snobis".

Anak mereka "membaca masa depan”. Anak mereka keluar dari PnG menjual semua miliknya dan sekolah lagi di Montainebleu di selatan Paris belajar MBA di INSEAD (belakangan baru tahu bahwa itu sekolahnya pak JK). Lulus dari INSEAD anak mereka melamar kerja dan diterima di AMEX london, kota yg disenangi amak mereka.

Kerja selama lima tahun di AMEX anak mereka bosen sebagai karyawan dan mengundurkan diri dari AMEX. Sejak itu anak perempuam mereka itu "menjual diri"  bekerja sendiri sebagai seorang konsultan dengan gelar MBA.

Ternyata lulusan INSEAD laku keras, sehingga dalam waktu singkat "disewa" sebagai konsultan di Kuwait selama 4 bulan, lalu di Hamburg dua kali kontrak selama 1,5 tahun. Dalam posisi ini anak kami memiliki posisi tawar yang tinggi  sehingga bisa memilih hotel tempat menetap dan airline yang hanya British Airways. Begitu juga anak kami hanya mau bekerja di kantor Hamburg 4 hari dan hari ke 5 anak kami kerja di rumahnya di london.

Anak kami sampai saat ini menjadi ahli kaliber dunia, dari Jerman bekerja untuk partner di Texas dan Denmark. Bahkan saat ini bekerja sendiri dengan partner di Binance,. Secara pribadi memiliki apartment dengan lokasi yang bagus di daerah killburn.

Suatu proses pendidikan dan pekerjaan yang “modern” bisa akita sebut “aneh” yang dipilih anak kami yang saat ini sudah 13 tahun tinggal di London atau total tinggal di Luar negeri sejak tahun 2000. Lami bangga bahwa biarpun jalan pikirannya sudah westernished, tetapi tata krama Jawa masih menetap pada dirinya. Selamat bekerja dan menikmati hidup anak kami yang sangat terciinta.v