Wisuda Kampus Desa di Bogor
GEMARI.ID-JAKARTA. Penggagas Posdaya Indonesia yang oleh beberapa kalangan disebut sebagai Bapak Posdaya Indonesia, Prof Dr Haryono Suyono hari Sabtu lalu menerima Kelompok Posdaya dari Bogor dan Wakil-wakil Pimpinan Kelompok Juang Kencana Pusat. Dari Bogor datang Pejuang dan Srikandi Bogor, Dr Yannefri Bakhtiar dan isterinya, Ir Mintarti, MSi. Tujuan kunjungan ke kediaman Bapak Posdaya antara lain untuk melapor kegiatan luar biasa Wisuda Kampus Desa yang baru saja berlangsung dengan sukses di Bogor sekaligus, sopan santunnya, “meminta nasehat” terkiat dengan pemberdayaan masyarakat di wilayah Bogor atau di daerah lainnya. Pak Yan sapaan akrab Dr Yannefri Bakhtiar, kedatangannya disambut gembira oleh sesepuh Prof Haryono dianggap mendorong untuk tetap konsisten dengan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya yang dalam lingkungan IPB telah berkembang dengan baik melalui kegiatan Kampus Desa.
Pak Yan dan Ibu Mintarti yang secara khusus menggeluti Kampus Desa merasa sangat bangga melihat kemajuan Kampus Desa yang baru-baru ini mewisuda salah satu kelompok mahasiswanya di suatu kampus di Desa yang sangat jauh di pedalaman Bogor. Rektor IPB, Prof Dr Arif Satria, SP, MSi yang berpengawakan besar seperti Werkudoro dalam perjalanan ke Pusat Kampus di suatu Desa terpencil itu terpaksa berganti menaiki sepeda motor guna menempuh jalan berliku yang naik turun bukit tidak bisa lagi dilewati kendaraan roda empat. Suatu perjalanan “muhibah safari” melalui jalan naik turun dan berliku yang hanya nyaman kalau ditempuh dengan jalan kaki bagi yang masih muda dan sanggup merangkak untuk melangkah.
Rektor IPB yang guru besar muda dan pantas menjadi Menteri Pertanian atau Menteri Pembangunan Desa itu dengan semangat dan gembira melanjutkan perjalanan menuju Kampus Desa yang siap beliau resmikan Wisudanya pada hari Sabtu yang lalu sesungguhnya merupakan hari santai bersama keluarga di rumah yang nyaman tersebut.
Pada Program Kampus Desa yang dibangun oleh tenaga-tenaga muda IPB ini mengutamakan program aksi seperti digagas oleh Posdaya bagi para keluarga di Desa yang mendapat sentuhan ilmiah dari para mahasiswa dan Dosen IPB atau Perguruan Tinggi lainnya, Kampus Desa IPB yang akan diresmikan Wisudanya tersebut telah mampu dimulai dari kuliah secara teratur tentang pemeliharaan kambing domba dari beberapa milik perorangan, dewasa ini sanggup mengelola tidak kurang dari 28 kambing domba milik komunal dengan sistem bagi hasil.
Melalui kuliah secara teratur” kelompok kampus Desa tersebut dianggap tuntas mengetahui dan memahami cara pemeliharaan dan pemekaran kambing yang efisien dan memberi hasil yang menguntungkan sehingga keluarga miskin di desa yang siap menabung bisa ikut dalam kampus yang bersifat dan memberi jasa komunal dalam pemeliharaan bersama ternak kambing yang setiap kali bertambah banyak jumlahnya.
Sungguh suatu anugerah sesudah Hari Raya Idul Fitri Bapak Rektor yang berpenampilan gagah itu berkenan terjun ke desa meresmikan Wisuda “mahasiswa” Kampus Desa tersebut. Rakyat menyambut seakan kampanye untuk “Calon Presiden” sudah dimulai, karena kegiatannya bukan hanya mendengar pidato seperti angin lalu, tetapi praktek memelihara satu kambing, dua kambing sampai akhirnya ada kandang untuk dua puluh delapan milik komunal yang dipelihara dengan saling menguntungkan. Bahkan setiap hari selalu bertambah karena makin banyak penduduk peminat yang makin yakin bahwa kebersamaan itu menguntungkan semua pihak.
Dari pengalaman pak Yan dan Rektor IPB itu kami yakin bahwa Posdaya binaan Perguruan Tinggi lain dalam KKN bisa dikembangkan dengan pilihan yang dapat dijadikan industri massal di Desa. Usaha ini sejalan dengan Program Pembangunan Desa yang digalakkan oleh Pemerintah, hanya disini setiap Perguruan Tinggi bisa langsung meberdayakan keluarga desa.
Kami berharap kampus-kampus tetap kreatif dan inovatif dalam membina masyarakat, seperti Kampus Desa Tematik IPB sebagai prototipe pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Pak Yan merasa dan berkesan bahwa Pak Haryono masih bersemangat seperti dulu. Kesan beliau walaupun Pak Haryono mungkin tidak selincah dulu, tetapi pikiran Prof Haryono tetap lincah dan tajam. Ide-ide beliau mengalir deras, cepat ditangkap dan direspon dilengkapi dengan cerita-cerita pengalaman beliau ke desa-desa yang heroik,
Barangkali karena setiap hari Prof Haryono selalu menulis dan rajin menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah, Webinar oleh berbagai kalangan di dalam maupun di luar negeri. Kepada pak Yan dan Ibu Mintarti dianjurkan agar berbagi dengan rekan-rekan dari Perguruan Tinggi lainnya, utamanya dalam pengembangan Kuliah Merdeka atau Kampus Merdeka dalam kerangka Posdaya gaya baru.