Melejit dan Menjerit

Pemasaran Kondom 25 melalui iklan, jaringan Apotik, toko obat dan warung pada waktu diluncurkan segera melejit sebagai inovasi KB yang berani. Hanya saja persepsinya adalah bahwa ditengah pengaturank kelahiran yang sedang digencarkan melalui program KB untuk menghasilkan keluarga yang bahagia dan sejahtera iklan Kondom sebagai sarana penjualan kondom semata-mata dianggap kurang tepat karena peluncuran itu semata-mata mempermudah mendapatkan alat kontrasepsi kondom saja. Bahkan ada  yang anggap menyaingi jaringan bkkbn. Kurang disertai kampanye pada promosi keluarga sejahtera yang menjadi tujuan luhur KB.

Iklan yang ditayangkan semata-mata menyodorkan penjualan kondom dengan merek 25, tanpa menawarkan hidup yang bahagia dan sejahtera kalau sudah memakai kondom dengan merek 25 tersebut.

Bahkan ada kalangan tertentu yang menganggap bahwa tawaran kondom secara terbuka itu memberi tawaran pula pada hubungan seks sebelum menikah secara terbuka, khususnya untuk generasi muda. Celutukan itu sifatnya terbatas tetapi menyebar dengan mudah oleh kalangan tetentu yang merasa resah pada usaha mereka yang mengkampanyekan KB dengan system tradisional.

Makin lama kelompok yang merasa tersinggung makin banyak karena kampanye kondom 25 tidak responsive terhadap suara-suara kritik tersebut. BKKBN tidak ikut membantu meredakan kritik yang ada bahkan malah cenderung memberi angin pada volume kritik yang berkembang.

Akhirnya kritik dari para ulama begitu gencar sehingga Prof Dr Masri Singarimbun Pimpinan Kampanye dari Gajah Mada memutuskan menghentikan kampanye kondom 25 tersebut.

Haryono SuyonoComment