Upacara Ritual Haji Umrah di Mekkah

Mas Tri dan Ria

Perjalanan dari Madinah yang dalam musim haji biasa dilakukan pada malam hari, kali ini dalam acara Haji Umrah dilakukan pada siang hari. Sejak subuh para peserta rombongan Haji Umrah mas Tri dan mbak Ria putra putri pasangan pak Haryono Suyono yang pernah umrah sebelumnya, merasakan bedanya perjalanan melewati jalan mulus yang kiri kanannya penuh dengan padang pasir. Tetapi berbeda dengan masa lalu, diantara padang pasir itu sudah banyak bangunan perumahan dan pabrik yang dibangun bangsa Arab sebagai selingan “turisme religious” yang sangat makmur serta pabrik minyak yang merupakan berkah yang tidak ada putusnya. Karena itu berkat kepeloporan Nabi Besar Muhammad saw, Saudi Arabia dan sekitarnya menjadi Negara Kerajaan yang Makmur sehingga rakyatnya bersekolah sampai ke tingkat tinggi di tanah airnya dan tidak sedikit yang masuk berbagai Perguruan Tinggi ternama di Amerika, Inggris dan lain-lain negara maju lainnya.

Pada jaman tahun 1970-an mahasiswa Indonesia mendapat bea siswa US$ 300.00 satu bulan, teman-teman dari Saudi bisa dengan mudah sewa apartemen mewah, masuk restoran dan naik mobil ke kampus karena menyewa rumah di pinggir kota yang lebih nyaman.

Untung dana bea siswa itu tidak menjadi ukuran karena otak bangsa kita tidak kalah dengan apartmen dan makanan mewah tersebut.

Perjalanan umrah dari Madinah ke Mekkah pada siang terik matahari yang sejuk itu membuat para peserta Umrah yang sudah “menjadi orang Arab” karena berpakaian serba putih begitu sampai di hotel di Mekah tidak sabar buru-buru langsung “menunaikan ibadah haji Umrah” ke Masjid di Mekah.

Seperti upacara haji biasa, rombongan secara bersama dituntun oleh para petugas yang sudah hafal prosedur ritual melakukan semua kewajiban itu dengan rasa penuh haru dan tidak sedikit yang menitikan air mata sambil mengucap “Alhamdulillah kami sampai lagi” ke rumah Allah dan Nabi Besar Muhammad yang sangat kita cintai.

Waktu menulis artikel ini, biarpun sudah berpuluh kali selalu melakukan Umrah manakala ke luar negeti, air mata menitik tidak dapat di tahan karena rasa rindu ingin kembali berkunjung ke rumah suci pusat agama yang sangat kita cintai itu.

Setelah semua ritual antara lain keliling Ka’bah, sai, cukur rambut dan lainnya itu tuntas dijalani, maka rasa lega biarpun semua dilakukan dengan tetesan air mata dan capai tenaga banyak terserp, tetapi rasanya puas disertai doa kapan bisa diulang lagi. Tangan yang melambai dari sudut-sudut ujung tanjakan yang sudah sangat modern karena bertingkat buat menampung pengunjung itu, rasanya seakan kita berjalan di padang pasir yang berobak padahal sudah sangat rata dibanding pada saat awal Nabi dan pengikutnya dulu menempuh perjalanan yang sama dengan tenaga yang dikuras habis sambil mencari air dan kesimpulan ritual lainnya.

Sungguh kita perlu mendalami setiap bagian dari ritual itu guna memberi arti perjuangan Nabi dan sahabatnya di masa lalu.

Itulah makna yang perlu dipelajari agar arti upacara ritual mengandung arti perjuangan ummat Islam yang harus tetap bersatu karena medan juang yang berat dan cita-cita saling bantu membantu antar anggota yang kuat dan lemah agar tetap berjuang demi kesejahteraan bersama.

Upacara Haji Umrah, apalagi Haji biasa, penuh dengan simbolisasi yang tidak banyak diungkap kecuali “komitmen perjuangan yang tinggi” kepada Allah dan Nabi Besar Muhammad saw mempersatukan ummat dalam perjuangan tiada henti menuju hidup yang penuh kedamaian, bahagia dan sejahtera di bumi dan di akherat nanti. Selamat kepada Ananda Mas Tri, Mbak Ria serta rombongannya yang penuh berkah bisa berkunjung kembali ke tanah suci Mekah dan Madinah.

   

Haryono Suyono1 Comment