Terkenang pada bulan Winter yang sangat dingin di Chicago
Di Jakarta hari hari ini dan sebelumnya selalu diguyur hujan sehingga udara dirasakan sangat dingin dan nyaman. Bagi mereka yang ingin pergi ke kantor dengan mode transportasi bus ada kesulitan karena kedatangan bus terganggu. Bagi yang menggunakan mobil dan sepeda motor perlu sangat hati hati karena jalanan macet sehingga tidak bisa melaju kencang seperti hari-hari biasa. Segala sesuatu perlu diatur dengan sangat hati-hati bukan karena jalannya macet tetapi juga licin dan mudah selip.
Keadaan di Jakarta seperti hari ini mengingatkan kami pada pagi hari di sekitar Kampus Universitas Chicago yang sedang berada pada musim salju yang sangat dingin dengan angin sepoi sepoi sangat dingin terasa menusuk tulang.
Namun demikian, kami terpaksa keluar apartemen meninggalkan isteri tersayang menunggu sendiri di apartemen yang dingin setelah bareng sarapan nasi goreng masakannya. Kartu itu adalah baguasnn program untuk menghasiokan tabel2 baru guna mengembangkan beberapa bahan Disetasi yang baru. Tidak seperti jaman sekarang program SPSS masih baru dan perinciannya harus dibuat di Puat Komputer, yang setiap mahasiswa S3 mendapat jatah waktu tersendiri. Sekarang program itu bisa ditulis di computer jinjing, di tes disitu dan berjalan serta semuanya bisa diolah di rumah sambil minum kopi.
Di masa itu programnya harus ditulis di kartu, di tes di Komputer Universitas, antri waktunya bersama mahasiswa dan para dosen yang sama-sama mnegadakan penelitian. Program itu dibuat dalam seri beberapa kartu yang dibuat tanpa boleh ada satu lubangpun di kartu yang salah. Bila terdapat salah lobang di satu kartu, maka program dan perinciannya tidak akan bisa berjalan serta harus diulang dan di tes Kembali.
Program untuk Disertasi kami trdiri dari satu box yang dalam keadaan winter yang sangat dingin itu harus dibawa dengan berjalan kaki dari apartemen kami tinggal ke Pusat Komputer.
Pada musim Summer yang sangat panas jaraknya tidak jauh, tetapi pada musim winter yang sangat dingin di bulan Februari 1972 itu dinginnya luar biasa. Kita seakan merangkak di pinggir jalan seperti slow motion dalam film, menggotong satu box berukuran sekitar setengah meter berisi penuh kartu program yang tidak boleh jatuh atau satupun bergeser dari urutan yang ditata rapi sebelum diserahkan ke Pusat Komputer.
Kalau kartu yang salah dan sudah dibetulkan lolos tes tetapi kartu berikutnya salah maka proses pembetulan ulang itu Kembali lagi, karena pada waktu itu belum ada system yang nenyatakan beberapa kartu sekaligus ketahuan salah dan bebarengan bisa dikoreksi. Suatu proses yang lamban biarpun sudah pada jaman computer yang besarnya satu kamar sendiri.
Setelah mengoreksi satu kartu, kami terus berjalan merangkak lagi ke Perpustakaan melengkapi referensi untuk Disertasi. Itulah bedanya tulisan Disertasi dengan tulisan Pidato seorang Menteri. Setiap pernyataan harus ada referensinya sedangkan Pidato seorang Menteri bisa saja seperti menggantang asap, tidak tahu asalnya atau hilang setelah Pidato selesai.
Baru setelah itu Kembali ke Apartemen menunggu hari esok melihat hasil koreksi program yang akan di run dengan kartu hasil penelitian guna mendapatkan “berbagai tables” sebagi bahan analisis ilmiah yang pantas untuk Disertasi yang berbobot.
Pada waktu itu tidak terasa berat karena semua mahasiswa melakukan hal yang sama tanpa ada terkecualian atau dispensasi. Menjadi sangat puas kalau beberapa table dihasilkan dari olahan tersebut memberi hasil seperti dibayangkan dalam hipotesa yang dutulis untuk dibuktikan dengan data yang dimaksud. Barulah Kembali ke Apartemen mengenang anak-anak bersama isteri yang ikut kawatir programnya tidak jalan lagi.
Dengan semangat yang tinggi semua table untuk analisis selesai selama musim semi sebelum bulan April sehingga pada awal Musim Panas kami konsentrasi pada penulisan kesimpulan Analisis serta beberapa ujian yang mengantar kami sebagi seorang Doktor dibidang Perubahan Sosial yang pertama untuk Indonesia dari Universitas Chicago. Kenangan indah tiada ada gantinya.