Ibu dr Rina Mardiama hari ini nyekar Ibundanya Almarhumah Astuty Haryono
Kesibukan yang luar biasa minggu ini rupanya tetap menjadi kebiasaan bagi dr Rina menyediakan waktu buat menyiapkan bunga yang akan dibaewa ke Makam Ibundanya tercinta di Kalibata Jakarta. Pagi-pagi bunga yang dibeli sehari sebelumnya itu dibawa ke Mobil untuk bersama Sopir Pak Bibit dibawa ke Makam Kalibata. Ibunda rupanya sudah menunggu dengan senyum kedatangan kunjungan dan bermacam bunga tersebut sehingga sewaktu bunga ditaburkan senyuman itu memberi nikmat kepada penabur sekaligus almarhumah yang menunggunya, termasuk pak Sucipto Wiro Sarjono yang selalu kebagian bunga karena dulu tetangga dan sahabat Bapaknya di BPS. Beliau mendapatkan bunga yang dibawanya. Tatangga lain adalah almarhum pak Harmoko yang sangat rajin djjenguk oleh isteri beliau setiap waktu. Tatangga lain adalah pata Jendral yang semasa mudanya banyak membela tanah air dan bangsanya.
Pelataran ujung sebelah selatan makam yang biasanya kosong, sewasa ini makin padat, sehingga tidak semuanya kebagian bunga. Tatapi tetangga almarhumah Ibu Astuty pasti merasakan tiupan angin berbau wangi membawakan semerbak bunga melati yang ditaburkan di Makam ibundanya tersebut. Setidaknya kebagian doa yang selalu dibacakan pada waktu berkunjung ke Makam ibundanya. Kunjungan ke Makam kali ini sungguh sangat mengharukan karena sekaligus dilaporkan bahwa peninggalan nenek beliau berupa rumah di Pucangsewu Pacitan, hampir selesai dipugar mengikuti selera jaman tetapi tetap membayangkan nilai tradisional dengan atap jaman dulu sebagai peninggalan orang tua. Gedung yang hampir rampung pemugarannya itu disediakan untuk pemberdayaan penduduk dan keluarga Pacitan dan sekitarnya dengan memberi nama Gedung Siti Padmirah, nama ibu atau nenek yang sangat kami cintai, yang selama hidupnya dibaktikan dirinya pada upaya mendidik anak dan siapa saja yang datang ke nenek dengan warungnya di pojok jalan antara beberapa desa dan penduduk gunung yang tidak membawa uang tetapi produk gunung. Dengan produk itu nenek membantu mengubahnya dari bahan hasil gunung itu untuk belanja pada ibunda tercinta atau di pasar tiban di muka warung ibunda tercinta.
Nama ibundanya mbah Irah selalu di kenang karena menjadi idaman dan timpuhan harapan masyrakat desa. Semoga dilapangkan kuburnya dan diberi imbalan yang sepadan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin YRA.