Konsensus Terganggu Akibatnya Fatal

Prof Dr Haryono Suyono

Keluarga Pendawa secara langkap sedang bertemu dengan Raja Dworowati Prabu Kresna didampingi kakaknya Prabu Baladewa. Dalam pertemuan yang akrab itu, setelah basa basi saling mangucapkan salam selamat datang kepada para tamu, Raja Baladewa dan Raja Kresna, tuan rumah Raja Yudistiro atas nama keluarga Pandawa mengucapkan terima kasih kepada kedua tamunya sang raja yang telah berkenan datang pada acara temu keluarga di Istana Amarta. Prabu Yudistira mempersilahkan para tamunya untuk membawakan berita baik dari negaranya.

Raja Kresna dari Dworowati dengan nada sedih membawa Berita buruk dari negaranya yang akhir-akhir ini terkena musibah pageblug, banyak rakyatnya tang menderita sakit dan meninggal dunia. Para tabib dan sesepuh telah berusaha memberikan nasehat penyembuhan tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Menurut pesan para Dewa perlu didatangkan Pusaka Negara Amarta Kitab Wijaya Kusuma. Maka Raja Kresna spontan minta Raja Yudistira meminjamkan Pusaka Amarta itu kepadanya. Raja Baladewa sebagai kakaknya ikut mendukung permohonan tersebut.

Apabila ada sesuatu yang begitu sangat penting, seluruh keluarga Pandawa harus ada konsensus, ada persetujuan dari semua anggota keluarga sebelum Raja mengambil keputusan. Maka kemudian Rja menanyakan kepada Bima dan keluarga lain menyampaikan pendapatnya. Bima setuju, Arjuna setuju, Nakula setuju. Tiba giliran Sadewa dengan alasan panjang lebar menyatakan keberatannya dan tidak setuju meminjamkan pusaka kerajaan karena pusaka itu adalah pelindung seluruh warga. Perlu penitian yang lebih seksama di negara Prabu Kresna.

Krena tidak tercapai konsensus, semula Raja Amarta tidak bersedia meminjamkan pusakamya. Bima marah dan mengusir Sadewa dari Amarta serta memaksa Yudistira menyerahkan pusaka kepada Pranu Kresna. Hal ini sangat didukung oleh Baladewa. Pusaka diserahkan kepada Raja Kresna. Segera setelah itu Raja Kresna pamit.

Tidak berapa lama datang Raja Kresna dikawal Setyaki Panglima Perangnya. Semua terkejut dan cuek menghadapi kedatangan Raja Kresna yang kedua tersebut. Raja Kresna heran dan baru tahu bahwa Raja Kresna baru saja buru-buru meninggalkan kraton. Kraton geger karena Kerajaan telah disusupi “maling” yang menyamar seperti Prabu Kresno.

Semua menyesalkan desakan Bima dan Bima bertanggung jawab meminta maaf dan mengembalikan keutuhan Pandawa. Sejak saat itu peristiwa dan musibah terjadi pada negeri Amarta, termasuk gangguan dari Negara Astina yang selalu memanfaatkan peluang terbuka.

Keadaan tenang kembali setelah Pusaka diketemukan dan Sadewa kembali bersatu dengan keluarga Pandawa.

Haryono SuyonoComment