Arisan Keluarga Besar Kampung Melayu

Sejak kakek nenek generasi pertama keluarga Moh. Izi masih ada, keluarga yang asal mulanya dari Kampung Melayu, seperti lazimnya keluarga asli Betawi, mereka mengadakanj silaturahmi saling berkunjung satu dengan lainnya. Keluarga-keluarga tersebut mula-mula tinggal satu kampung saja berbeda RT dan RW. Lama kelamaan ada yang pindah ke Kampung Makassar atau Gang Sentiong sehingga acara kumpul keluarga makin menarik. Makin hari berkembang meluas lagi dan transportasi di Jakarta makin tidak lancar karena dari trem (kereta listrik kota) diganti taxi oplet kemudian diganti Bus Trans Jakarta, yang bukan tambah lancar tetapi tambah mahal dan tidak lancar.

Hari Minggu kemarin dalam acara bulanan kebetulan bertempat di Jln Perdatam kediaman Bapak Haryono Ibu Almarhumah Astuty. Sejak pagi-pagi satu demi satu Kepala Keluarga dari Kampung Makassar, keturunan generasi kedua dan ketiga almarhum Bapak Umar telah datang di Perdatam. Menyusul kemudian keluarga dari Kampung Sentiong yang Bapaknya ahli dan punya pabrik jok mobil dan kursi mewah datang keluarga kedua dam ketiganya. Menyusul keturunan bapak Dudung yang ahli listrik dan sambung menyambung dengan jaringan PLN tanpa pernah kena setrum, terdiri dari anak cucu beliau. Begitu menjelang jam 10.30 Gedung HSC yang biasa untuk Pelatihan Kader KB itu penuh dengan sekitar 100 anggota keluarga keturunan asli Kampung Melayu. Suasana yang datang kemarin sangat berbeda dibanding keluarga asli yang tidak bisa lagi datang karena semuanya sudah dipanggil yang Maha Kuasa. Ibu Ria Indtastuty dan Ibu dr. Rina Mardiana mewakili almarhumah ibunya menjadi tuan rumah, mas Fajar di Cirebon karena ada keluarga isterinya yang mantu,

Di masa lalu begitu ketemu satu sama lain sangat jelas terdengar celocehan dalam Bahasa Indonesia dialek Betawi jang mennyengat. Hari Minggu kemarin para anggota keluarga yang datang adalah keluarga yang dialek Betawi mulai berganti dialek sekolah tidak terlalu terdengar bicara dalam Bahasa Indonesia dialek nasional, yaitu sudah dalam Bahasa Indonesia dialek sekolah yang mereka pelajari dari sekolah mereka masing-masing. Sangat sedikit yang kadang nyelutuk keluar dari tatananan bahasa muncul dalam dialek Betawi yang terkubur dialek nasional yang lebih dominan. Suatu perubahan Budaya yang menjadi nasional karena adanya system Pendidikan Nasional yang luas dam bersifat nasional.

Segera acara dimulai dengan memanjatkan doa bersama diiringi pembacaan surat Yasin yang dipimpin salah satu anggota keluarga diteruskan dengan pembacaan doa yang khusuk untuk para sesepuh yang telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa. Sebelum doa dibacakan satu persatu nama sesepuh atau almarhum yang dikirimi doa. Pembacaan nama-nama itu yang sesungguhnya hampir semua generasi pertama atau generasi kedua yang sudah mendahului dipanngil yang Maha Kuasa. Pembacaan nama-nama itu mengingatkan semua pihak pada perjuangan nenek dan kakeknya yang bekerja keras mendidik dan menyekolahkan anak-anak mereka yang datang kemarin yang pada umumnya sudah menjadi Sarjana. Lebih dari itu dalam perkumpulan arisan keluarga tersebut cara berpakaianya sudah berbeda seakan mereka datang untuk pesta anak muda.

Terbayang di masa depan, kumpulan keluarga itu dimasa depan terdiri dari keluarga muda dengan anak-anaknya yang lebih maju lagi. Kehadiran mereka mungkin dengan pakaian pesta yang arisannya diakhiri dengan tarian bebas yang menarik. Kita yakin pada generasi berikutnya itu acara pertemuan berkembang lebih menarik lagi. Anak-anak generasi baru yang hari Minggu kemarin hadir masih di SD, SMP, SMA dan baru masuk Perguruan Tinggi pasti segera memikirkan bentuk baru untuk acara kumpul-kumpul keluarga yang menarik dan penuh makna.

Pertemuan kemarin sudah diisi dengan hadiah-hadiah yang menarik sumbangan keluarga untuk saling ditukar dengan sumbangan keluarga lain disamping dibuka hasil kumpulan uang arisan bulanan yang makin tahun makin membesar. Suasana ceria karena “door price” sifatnya rahasia atau lucu atau memang sesuatu yang dibutuhkan oleh sebuah keluatrga. Kalau dulu Bapak ibu mereka masih berprofessi sebagai tukang, sekarang keluarga baru sudah mulai menjabat sebagai Kepala Bagian, Kepala Unit Kerja, dokter dan lainnya, sehingga hadiah yang diberikan adalah yang dibutuhkan sebuah keluarga di rumah tangganya, sudah lebih modern.

Pertemuan kemarin merupakan suatu kumpulan silaturahmi yang makin tahun berkembang sesuai kemajuan anggotanya. Semoga kekeluargaan makin maju disertai persatuan dan kerja sama antar anggota yang makin akrab. Aamiin YRA.

         

Haryono SuyonoComment