Kegiatan Jemput Bola Terfokus pada Sasaran yang Tepat
Haryono Suyono
Dalam situasi Pandemi Covid-19 dewasa ini, beberapa Perguruan Tinggi, antara lain Universitas Batanghari di Jambi, Universitas Lumajang di Jawa Timur dan lainnya telah meminta kami memberikan pembekalan untuk kegiatan Kuliah Kerja Nyata ke desa-desa. Dua Perguruan Tinggi itu Kepada para Dosen Pembimbing dan mahasiswa kami anjurkan untuk berhubungan dengan BKKBN setempat, terutama di tingkat pedesaan bersahabat dan sinergi dengan para PLKB yang bertugas membantu keluarga Desa dengan pendampingan agar Bapak Ibu dan anaknya yang sedang mendapat masalah menghadapi beberapa perubahan yang terjadi dewasa ini dapat ditolong dengan baik. Secara khusus adalah keluarga prasejahtera yang hamil atau mengandung pertama kali, menghadapi perubahan pada dirinya dan bagaimana mendapat dukungan lingkungan dan keluarganya. Begitu juga keluarga muda yang dimasa lalu biasa mendapat dukungan Posyandu menimbang bayi dan mendapat nasehat lain tentang pertumbuhan bayi atau anak balitanya.
Dalam pengarahan kepada para Dosen Pembimbing Lapangan dan ratusan mahasiswa peserta KKN selalu dianjurkan membina kerja sama, utamanya dengan para PLKB di tingkat kecamatan dan Desa. Para PLKB yang banyak tugas-tugasnya itu, ditugasi juga membuat peta keluarga setiap tahun yang selalu di diperbaharui setiap waktu agar bisa dijadikan pedoman untuk melayani sasaran operasional guna pendampingan para mahasiswa KKN. Peta keluarga itu bisa dengan mudah mengenali keluarga pengantin baru dan keadaan latar belakang keluarga menurut kriteria prasejahtera atau sejahtera I yang biasanya miskin. Kedua kategori keluarga ini dijadikan sasaran untuk pendampingan keluarga miskin dengan sangat tepat. Dosen pembimbing bisa bekerja sama dengan BKKBN memperingan tugas mereka yang dewasa ini di tugasi menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan kemungkinan ibu hamil melahirkan anak kurang gizi dan mencegah anak lahir kurang gizi dan stunting.
Dengan menggunakan Peta Keluarga sebagai pijakan strategis itu, para Dosen dan Mahasiswa kami anjurkan mencari dan menghubungi Pengurus Posyandu setempat serta menggalang kerja sama selama masa KKN. Kerja sama itu adalah mengajak Pengurus Posyandu mencari terobosan memilih sasaran strategis keluarga miskin yang memiliki remaja siap nikah, anak remaja baru nikah dan keluarga yang memiliki anak balita yang pertumbuhannya kurang normal atau kurang baik. Kemudian bersama-sama mengadakan penelitian sederhana apakah keluarga itu ada pada Zona merah Pandemi Covid-19. Apabila berda pada Zona Merah dianjurkan kepada petugas kesehatan untuk dijadikan sasaran Vaksinasi Covid-19 dan kepadanya dianjurkan dan diberi penjelasan tentang pembuatan “Kebun Bergizi” di halaman rumahnya agar konsumsi masukan gizi bertambah baik. Usahakan mendapat benih sayur pada Dinas Pertanian setempat atau carikan sumbangan dari keluarga mampu yang ada di Desa atau Kecamatan.
Para petugas diajak “menjemput bola” mendatangi sasaran strategis membawa alat timbangan datang pada sasaran terpilih, yaitu keluarga miskin yang akan menikah, baru menikah atau memiliki anak balita. Seperti pada Posyandu biasa, berikan kepada mereka informasi lengkap tentang usaha mencegah nikah dini anak perempuan kurang dari 19 tanun, hamil bagi ibu di bawah usia 19 tahun dan pemberdayaan ibu hamil dan anak balita.
Jelaskan dengan sabar kalau berat badan anak balita dan ibu hamil tidak naik setiap bulan, maka kehamilan atau anak balita tidak tumbuh dan perlu diberikan penjelasan serta diusahakan bantuan makanan tambahan. Kelompok PKK setempat dibantu mencari dana sumbangan gotong royong untuk membantu sasaran strategis tersebut. Karena proses tumbuh kembang berlangsung lama dan diperlukan konsistensi tidak boleh terputus, maka penimbangan dapat diajarkan dan dilakukan anggota keluarga atau oleh tetangganya yang mampu atau kunjungan “jemput bola” secara reguler. Kalau tidak berhasil maka keadaan keluarga itu tidak berubah, mahasiswa KKN bisa menciptakan insentif sebagai motivator guna merangsang gerakan Posyandu dan relawan setempat dengan komitmen tinggi untuk berhasil.
Pada kegiatan Pendidikan pada era Pandemi, kepada para Dosen Pembimbing dan mahasiswa dianjurkan mendatangi SD, SMP dan SMA setempat untuk meyakinkan Kepala Sekolah dan Guru-guru agar mempersiapkan anak didiknya memelihara semangat belajar tinggi biarpun dalam suasana prihatin dan waspada. Para guru diajak berpihak pada keluarga miskin atau prasejahtera agar mereka dibantu penggunaan alat komunikasi yang memadai atau dimintakan kerja sama keluarga mampu atau lembaga bisnis setempat untuk membantu. Para mahasiswa bisa bertindak sebagai fasilitator untuk mengurangi kesenjangan tersebut bersama aparat desa yang berwewenang.
Selanjutnya bersama Kepala sekolah atau guru sekolah setempat dipelajari apakah ada anak keluarga prasejahtera atau miskin yang perlu pendampingan. Para mahasiswa dapat membantu pendampingan sambil mencari pendamping lokal yang bisa melanjutkan usahanya tatkala mahasiswa kembali ke kampus. Pendampingan penggunaan hape atau materi yang harus dikuasai oleh anak didik yang karena latar belakang pendidikan orang tuanya, tidak bisa membantu penuh anaknya sendiri. Kalau pendampingan tidak bisa dibantu atau dicari bantuannya dari pendamping lokal maka pelajar atau mahasiswa itu akan tertinggal adan kemungkinan besar menambah tingkat kemiskinan yang dengan susah payah diusahakan untuk turun. Seperti halnya dalam bidang kesehatan “pendampingan itu harus bersifat jemput bola” artinya para pendamping “datang pada sasaran” bukan sebaliknya. Semoga budaya baru dalam bidang kesehatan dan pendidikan ini tidak kalah gesit dibanding penjual gudeg Yogya yang bisa anter produknya langsung ke konsumen. Akhirnya pelayanan justru bertambah murah dibanding kita harus ke Yogyakarta dalam musim Pandemi yang masih gawat dewasa ini. Semoga ada manfaatnya. Aamiin YRA.