Jualan Pisang Goreng yang Laris Manis
Dalam dua hari ini kami pergi ke Rumah Sakit untuk kontrol mata dan bagian tubuh lain yang karena usia bertamnah tua juga mngalami degradasi dan perlu di kontrol dengan katat. Dalam perjalanan menuju RS Mata di salah satu RS di Menteng Jakarta, ananda dr Rina yang mengantar mengajak sopir Pak Bibit dan Keling keliling lewat Manggarai yang di masa lalu terkenal dengan pedagang dan pendudk yang sangat padat. Daerah ini di masa lalu menjadi daerah sering mengalami kebakaran karena kegiatan penduduki yang padat dan cara menggunakan bahan bakar atau listrik yang tidak mengikuti aturan hukum atau syarat-syarat teknik yang benar.
Hari ini kepadatan itu rupanya tidak berkurang tetapi kebanyakan yang ada di pinggir jalan adalah pedagang kecil aneka produk yang padat pembeli. Salah satunya adalah penjual pisang goreng yang di Warungnya tergantung pisang Kepok yang banyak sekali. Di Warung itu juga padat pembeli. Pada waktu mobil kami minggir dan pak Bibit turun untuk membeli pisang goreng, dia kebagian nomor lima dalam antrian yang panjang itu. Dengan sabar antri dan dengan cekatan bagian pelayanan memberi pelayanan seakan pisang goreng yang baru lepas dari penggorengan tidak terasa panas baginya.
Di sebelahnya ada dua penggorengan yang penuh dengan minyak mendidih dan pisang yang telah dicelupp bumbu khusus sehingga pisang goreng tersebut larasa manis dan renyah. Di sebelahnya ada bagian pengupas pisang yang tidak berhenti mengupas karena bagian penggorengan melayani dua wajan penggoreng yang terus meminta pisang mentah untuk digoreng dan ditersukan kepada para pembeli yang antri tidak putus-putusnya. Siklus itu berlangsung terus sampai setiap pagi ketiga atau keempat ibu-ibu muda yang cekatan itu kelelahan dan beristirahat.
Konon sore harinya buka kembali karena pelanggan akan datang menunggu di muka kiosnya. Salah satu yang memaksa mereka menunggu adalah bahwa Pisang Goreng Mpok Nur itu tidak membuka cabnag di tempat lain. Hanya di tempat itulah Pisang Goreng yang terasa manis dan reyah itu dijual.
Persediaan pidang mentah tidak disembunyikan tetapi dipajang jelas di belakang mereka bekerja dan dapat diketahui bahwa pisang itu adalah pisang segar entah siapa saja pemasoknya setiap hari. Pasti ada Kebun Pisang yang luas karena produksi pisang tidak bisa disulap seperti pabrik, tetapi harus dipelihara dengan kasih sayang. Sebuah pisang goreng yang cukup panjang diberi harga Rp. 3000,- cukup kenyang untuk pengganti makan siang.
Dengan pisang tanduk goreng yang digenggam tangan dalam mobil, maka kita berlanjut ke Dokter mata di Menteng. Segera kami lakukan proses administrasi dan bertemu dengan para perawat untuk melakukan cek awal sebelum bertemu dokter ahlinya. Setelh memeriksa, salah satu dokter mata mengatakan bahwa mata kami selama lebih dari delapan puluh tahun setia membantu melihat banyak hal, utamanya yang baik-baik, dan mengirim hasil pngamatannya kepada otak. Pada jaman jaya, kita barangkali kurang memberi kesemptan kedua mata beristirahat. Bahkan mungkin memaksakan kehendak melihat lebih banyak dan dalam waktu yang berlebihan. Karena mata adalah bagian dari sel hifdup dengan sendirinya mengalami kelelahan dan perlu istirahat. Menurut dokter rupanya kami tidak memberi kesempatan pada mata untuk beristirahat secara crkup sehingga trerjadi kelelahan. Kelelahan berkelanjutan menyebabkan kerusakan.
Pengalaman ke dokter mata yang dihibur dengan pisang tanduk goreng itu rasanya nyaman. Jangan kawatir, pisang goreng ini bisa “dipesan on line” seperti “prodok modern” lain. Selamat menikmati.