Seni Memelihara Komitmen yang Variatif
Suatu program pembangunan akan sangat sukses apabila disertai pertama-tama Komitmen yang sangat tinggi dari Pimpinan tertinggi, perencanaan dan kegiatan operasional yang terarah pada sasaran yang tepat dan konsisten serta indikator penilaian yang bisa mencerminkan keberhasilan atau menunjukkan langkah-langkah yang perlu diperbaiki apabila terjadi kesalahan. Melalui indikator yang ternyata melenceng tersebut segara dapat diperbaiki dan diarahkan kembali kepada pencapaian yang benar dan berhasil. Tanpa adanya komitmen yang jelas dan dapat dirasakan rakyat banyak mustahil suatu program dapat dijalankan dengan berhasil, seperti misalnya program KB atau penanggulangan Virus Covid-19, karena kedua program tersebut relatif memerlukan partisipasi masyarakat yang sangat luas. Komitmen itu harus lestari, tidak satu kali dua kali tetapi secara terus menerus seakan tidak ada akhirnya. Banyak program lain yang lebih mudah bisa sekali gebrak dan selesai untuk waktu yang lama. Kedua program ini, memakai kontrasepsi atau memakai Masker, berlanjut untuk waktu lama, bisa sangat membosankan, tidak bisa sekali gebrak tetapi perlu pemeliharaan daya tahan untuk waktu yang sangat lama.
Pada tingkat pusat suatu Team, sangat yakin bahwa Pimpinan tertinggi, dipastikan menginginkan hasil dengan cepat dan pasti tidak sabar menunggu hasil yang tidak kunjung datang. Padahal memperkenalkan sesuatu yang baru perlu kesabaran dan arah yang tepat agar seluruh jajaran di seluruh Indonesia bergerak dalam irama yang harmonis agar menghasilkan sinergi yang tepat sasaran dan menarik sasaran yang tersebar luas itu menjadi peserta yang lestari. Maka Team yang sangat yakin diperlukannya pemeliharaan komitmen dan arahan yang sistematis tersebut mempengaruhi “lingkaran dalam pimpinan” untuk tetap konsisten dengan komitmen dan pengarahannya sistematis pada seluruh jajaran.
Karena Pimpinan bisa dilihat dari sikap dan tingkah laku sehari-hari, maka Team Lingkaran Dalam itu berusaha agar sikap dan tingkah laku yang menonjol dan konsisten “disuarakan lebih nyaring sehingga terdengar dan terlihat jelas” serta akhirnya diikuti oleh banyak kalangan dalam level Pimpinan lapis kedua dan seterusnya. Tugas ini tidak ringan karena harus mampu ikut menyusun pidato atau arahan Pimpinan yang biasanya dikerjakan suatu staf kepercayaan Pimpinan. Dengan kata lain harus bisa mempengaruhi atau mengambil alih fungsi kepercayaan menyusun pidato atau petunjuk Pimpinan tersebut. Dalam kata lain, harus bisa menjadi “kepercayaan lingkaran dalam Pimpinan”.
Kedekatan Team penyusun Pidato Pimpinan sungguh sangat menguntungkan karena Pidato Pimpinan biasanya menjadi bahan pokok yang diterjemahkan melalui arah-arahan lanjutan. Yang kedua adalah kedekatan pada pejabat yang biasanya mengurai Pidato arahan pokok itu pada penjabaran pidato arahan menjadi gerakan operasional yang mengantar suatu program pada tataran pelaksanaan di lapangan dengan segala langkah-langkah yang dianggap strategis.
Dengan cara demikian maka setidaknya arahan itu bisa dijamin sesuai dengan komitmen secara konsisten sehingga harapan suatu program akan berjalan sesuai cita-cita berjalan lancar dan berhasil. Keadaan yang sama berlaku di daerah. Komitmen yang tinggi biasanya berada pada tingkat Bupati, Walikota atau Gubernur yang bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan pembangunan. Teorinya memang harus ada pemeliharaan komitmen” yang pelaksanaan praktiknya sangat bervariatif.
Sebagai contoh, seorang senior di tingkat pusat, karena berhasil diberi tanggung jawab sebagai Kanwil provinsi kecil. Pada provinsi ini pejabat ini melihat bahwa keberhasilan programnya adalah karena Bupati menaruh perhatian tinggi atau komitmen tinggi, sehingga dengan memanfaatkan komitmen itu provinsi kecil yang dipertanggung jawabkan kepadanya berhasil. Berkat keberhasilan itu beliau dipindahkan ke Provinsi strategis yang lebih besar dengan tanggung jawab yang lebih tinggi.
Bertumpu pada pengalaman pada tugas pertamanya di provinsi kecil, beliau berusaha dengan keras melakukan pendekatan pada Gubernur yang berwibawa di Provinsi tersebut. Karena kerajinan melakukan pendekatan, rajin mengikuti Rapat di Kantor Provinsi, kunjungan ke daerah dan berbagai pertemuan penting pada tingkat provinsi, sebagai Kanwil tidak pernah mewakilkan kehadirannya, maka akhirnya dikenal baik oleh Gubernur. Semua dihadiri tanpa kecuali. Akhirnya Kanwil kita ini mengenal kebiasaan dan kegemaran Sang Gubernur, yaitu main tenis. Kebetulan Kanwil kita ini juga suka tenis.
Melalui pendekatan sistematis akhirnya Kanwil kita ini menjadi partner tetap untuk “single” atau “double” pak Gubernur bersama mitra kalangan elite lain pada tingkat provinsi. Persahabatan itu menghasilkan pengertian yang makin mendalam terhadap tujuan mulia program KB, sehingga pada setiap kesempatan Gubernur selalu menyebutkan pentingnya program KB untuk kepentingan bangsa dan negara. Pemeliharaan komitmen Gubernur dan aparatnya berhasil dengan baik melalui permainan tenis di lapangan terbuka. Suatu variasi yang menarik sehingga misi pembangunan KB berhasil bukan melalui forum resmi tetapi melalui forum olah raga yang disertai persahabatan yang “diisi dengan misi pembangunan” yang menguntungkan rakyat banyak.
Kanwil yang berhasil tersebut, almarhum Drs Ghozali, menjelang masa pensiun kembali ke Kantor Pusat di Jakarta. Beliau terkenal sebagai Kanwil ahli diplomasi di Lapangan Tenis dan mendapat acungan jempol karena berhasil membawa daerahnya menjadi sangat menonjol bukan karena ahli Pidato atau memiliki strategi ulung tetapi karena kedekatannya dengan Gubernur sehingga hampir pada semua kesempatan programnya mendapat dukungan tinggi dari Pemda di semua jajaran daerah. Beliau meninggal dunia di Jakarta dan kita doakan agar semua dosanya diampuni oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan jasa-jasanya mendapatkan penghargaan dunia akherat dan kita kenang dengan baik. Aamiin YRA.