Kinan dan Idham Menikah pada Hari yang Istimewa
Hari ini Kinanti Hantiyana Aliyah (Kinan) putri pertama, kakak dari Dira, anak mas Soesetiyo Rijono Adjie (Yoyok) dan mBak Martiana Saptarina (Tia) dinikahkan secara resmi oleh Bapaknya kepada kekasihnya mas Idham Hafizh (Idham). Kinan adalah seorang S3 Fisika/Kimia, sel bahan bakar, di Paul Scherer Institute, Swiss. Pernah belajar di Eth Zurich, Paris Sud University, Perancis, dengan dasar S1 menyandang gelar Akademis Master pada Tohoku Univesity di Jepang. Mas Idham Hafizh (Idham) dewasa ini sudah bekerja sebagai Asisten Riset di Italia, putra dari Bapak Iwan Ridwan Hudaya dan Ibu Lili Nyulianti dari Bandung. Mas Idham yang tinggi semampai adalah seorang Doktor dari Politecnico di Milano, Italia yang ahli dalam Detektor X-Ray, suatu Ilmu dan keahlian yang barangkali “belum banyak pasar”nya di Indonesia.
Kedua sejoli itu berkenalan melalui kegiatan mahasiswa Indonesia di Eropa yang biasa saling berkunjung untuk olah raga atau mengadakan acara bersama antar mahasiswa Indonesia yang studi di berbagai negara di Eropa. Maklum antar negara saling berdekatan, seperti halnya satu di Bogor, satu di Jakarta dan satu lagi di Bekasi, sehingga kalau kumpul-kumpul, mereka berasal dari berbagai Perguruan Tinggi yang asalnya sudah antar negara.
Pilihan hari dan tanggal pernikahan rupanya diperhitungkan dengan cermat berdasar Ilmu Molekuler yang mereka pelajari, sehingga di pilih hari kedua tahun baru 2021 yang tidak ada duanya. Tanggalnya 2 bulannya Januari atau diringkas “21”, tahunnya 2021, atau sekali lagi ada angka “21”-nya. Sebelum Akad Nikah mas Idham membaca ayat-ayat suci Al Qur’an dan mbak Kinan membaca terjemahannya dengan mantab, seperti sepasang ahli agama yang dalam sambutan Pak Kyai yang menikahkan keduanya membaca riwayatnya. Setelah Akad Nikah, mas Idham mnyerahkan seperangkat alat sholat yang bagi pemeluk agama Islam, dengan mengucap “dua kalimat shahadad” kita menyatu dan hanya mengakui Allah sebagai satu-satunya yang tunggal “Tuhan Yang Maha Kuaasa”, sekali lagi ada nilai “21”-nya, luar biasa.
Berdasrkan “ilmu utak-atik” yang belum diakui dunia, seperti bagaimana memperkenalkan KB kepada ibu-ibu dari Desa di Jawa di masa lalu, Spiral atau IUD, “Intra Uterine Devices”, tidak diperkenalkan secara ilmiah, tetapi IUD di sampaikan sebagai “Iki Ucul Dadi”, artinya kalau IUD-nya lepas, akan berakibat menjadi bayi, atau Ibu pemakai IUD itu akan mengandung. Akibatnya dengan tekun ibu-ibu pemakai IUD yang dilatih melakukan kontrol apakah IUD masih tetap ada, selalu tekun melakukan kontrol pribadi sehingga kelangsungan penggunaannya lestari.
Begitu halnya tatkala penerimaan KB di Provinsi Aceh Darusalam masih sulit dan banyak kerikuhan untuk penggunaan spiral karena haus dilakukan dengan membuka rahim seorang ibu, dan untung ada satu alat KB yang ampuh namanya “Implan” bisa dipasang di pasang dibawah kulit, nama yang populer Nortplan. Untuk memudahkan pasangan muda menerima dan mengingat nama alat tersebut dan memberi kesan sebagai alat yang sah, maka alat itu diberi nama populer “Al-Walit” seakan terdengar seperti Bahasa Arab, padahal Al-Walit adalah singkatan dari “ALat dibawWAh KuLIT”. Dengan cara antara lain memudahkan ingatan seperti itu, program KB menjadi sangat populer, digemari rajkyat dan berhasil dengan baik.
Setelah penyerahan alat sholad komplit, ”permainan Ilmu Utak Atik” mas Idham dan mbak Kinan belum berakhir. Penyerahan perangkat itu disusul dengan penyerahan “komitmen ekonomi” sebagai bukti bahwa mas Idham memiliki komitmen untuk menjamin mbak Kinan dan keluarga berupa uang kontan sebesar “dua puluh Euro” yang berlaku hampir di semua negara Eropa dan “duapuluh satu Frank” yang berlaku di Swiss. Lagi-lagi ada “angka 20” dan “angka 21”. Kalau menurut “ilmu Utak Atik” artinya “Bapak, Ibu serta seluruh kerabat yang terhormat, sebelum tahun 2020 Bapak, Ibu dan seluruh kerabat mengirim kami kuliah, tetapi setelah hari ini, tahun 2021, tanggung jawab itu pindah kepada kami berdua. Mohon di doakan kiranya Tuhan Yang Maha Besar melindungi dan memudahkan kami berdua menyongsong masa depan yang sejahtera sebagai juga cita-cit Bapa, Ibu dan seluruh keluarga”.
Suatu Utak Atik yang kita iringi doa yang khusuk agar berjalan lancar dengan penuh RidhoNya. Aamiin.Rupanya belum berkahir. Acara dilanjutkan dengan saling memasang cicin kawin di jari manis di sebelaj kamnan yang disertai senyum yang manis menandakan “dua ilmuan” yang memutuskan menikah pada hari yang luar biasa ini diberkahi dengan lestarinya cinta kasih yang mencuat dari laboratorium ilmu di mana meraka belajar dan bekerja dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya. Suatu pergaulan antar ilmuan yang langka yang hari ini memadu komitmen di hadapan kedua orang tuanya, diresmikan dalam pernikahan sakral yang direkam dengan foto-foto oleh mas Rudy dan disaksikan secara terbatas wakil-wakil keluarga mas Yoyok ada mbak Tuty, mbak Rin, mbak Tatiek, anak mbak Nus, mas Ir. Tarto, mbak Ria dan mas Triadi, mas Rudi dan mbak dr. Rina mewakili keluarga yang sengaja tidak dihadirkan karena alasan disiplin Covid-19. Sebagian besar lain mengikuti upacara melalui sistem daring yang berjalan lancar. Semoga keduanya dengan awalan yang penuh makna tersebut mendapat limpahan Rahmad dan Ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa berhasil dengan penuh bahagia dan sejahtera mengarungi hidup di abad 4.0 yang serba cepat dewasa ini. Aamiin.