Menjemput Bola Selamatkan UKM dan Koperasi di Indonesia

Prof. Dr. Haryono Suyono

Mantan Menko Kesra/Taskin

[Dikirim ke Investor Daily]

Beberapa hari lalu, Dr. Jimmy Gani, Founder dan CEO Orbitin Indonesia, menggelar dan bertindak sebagai Host dari suatu Webinar bertanjuk “Dampak COVID-19 pada UKM Indonesia dan solusi Berkelanjutan” pada hari Rabu, 22 Juli 2020, dengan menghadirkan Menteri Koperasi dan UKM RI Bapak Teten Masduki sebagai pembicara utama diikuti Vice Presiden ADB Bambang Susantono, presenter Shigero Shinozaki, senior Ekonomis ADB, Rosan P. Roeslani, Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Edy Satria, Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha, Kementerian Koperasi dan UKM, Arief Ramayandi, Principle Economist ADB, Rieska Rahmatiana, Womenpreneur & Sociopreneur serta para pakar yang banyak hubungannya dengan masalah dan kemajuan Koperasi dan UKM di seluruh Indonesia. Setelah acara di buka oleh Dr. Jimmy Gani dengan menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya Webinar yang marak dewasa ini, kemudian dipersilahkan Menteri Koperasi dan UKM sebagai pembicara utama untuk tampil menyampaikan  upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatur peran dan membantu Koperasi dan UKM dalam era serangan Covid-19 dewasa ini untuk mempertahankan dan memajukan Koperasi dan UKM untuk kemajuan bangsa.

Dengan gamblang di gambarkan oleh Menteri Koperasi dan UKM betapa sungguh-sungguh dan seriusnya pemerintah yang mengetahui bahwa Koperasi dan UKM di Indonesia sangat menderita karena serangan Virus Corona dewasa ini, sehingga pemerintah mengatur kebijakan guna menolong dan memudahkan badan usaha koperasi dan UKM yang dianggap sangat tinggi perannya dengan bantuan berbagai regulasi yang memudahkan kedua jenis usaha rakyat agar tetap memiliki peluang yang besar dalam menggalang kemajuannya sebagai soko guru perekonomian rakyat. Perhatian itu utamanya  karena banyak pelaku usaha dalam bidang koperasi dan UKM yang tersebar di seluruh desa dan kota di Indonesia. Bahkan Menteri menggambarkan bahwa pemerintah menyediakan dana yang relatif melimpah, Rp 123 trilliun, guna menolong koperasi dan UKM yang terkena dampak dari merebaknya Virus Corona dewasa ini. Menteri menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi kurang menggembirakan. Karena itu pemerintah akan menambahkan dana hibah untuk membantu UKM di level mikro serta terobosan lain yang diperlukan. Menteri juga menyatakan bahwa Kementerian betul-betul mengubah strategi dengan mengubah pelatihan dan dukungan Kementerian untuk meningkatkan pelayanan yang lebih luas kepada Koperasi dan UKM, termasuk pelayanan on line. Sayangnya pertolongan ini baru menyangkut 13 persen sampai dewasa ini. Strategi lain adalah inovasi produk seperti pembuatan duster, atau pakaian di rumah, karena masyarakat tinggal di rumah sehingga kebutuhannya berubah.

Setelah itu Dr. Jimmy Gani sebagai moderator yang lincah mempersilahkan seorang ahli dari Asian Development Bank (ADP) berkebangsaan Jepang, Shigehiro Shinozaki, senior ekonomis ADB menguraikan hasil penelitian tentang UKM bulan April yang lalu di beberapa Negara antara lain Indonesia, Filipina dan Thailand dengan jumlah sampling yang memenuhi syarat ilmiah, secara rinci dan meyakinkan menguraikan hasil penelitiannya secara terperinci.

Tenaga ahli tersebut menguraikan dengan rinci bahwa pada umumnya keadaan UKM di Indonesia mengalami akibat yang sangat berat, kehilangan kontrak, menurunnya produksi karena penjualan yang berkurang, penutupan usaha, pengurangan upah, sampai ke pemutusan hubungan kerja yang membuat tenaga kerja pada usaha-usaha mikro kehilangan pekerjaannya.  Hampir 80 persen tidak memiliki dana untuk usaha mikronya. Pendanaan mikronya yang berasal dari teman dan keluarga makin kering dan dana yang berasal dari perbankan sangat sukar diperoleh. Lebih-lebih terjadi hambatan yang disebabkan karena kekurangan permintaan.

Setelah presentasi yang terperinci dari Shigehiro Shinozaki dapat disimpulkan bahwa keadaan UKM di Indonesia sungguh sangat memprihatinkan. Lebih 50 persen UKM di Indonesia kelihatan lebih menderita di bandingkan di Filipina dan Thailand. Pemberian bantuan keuangan sungguh sangat dibutuhkan oleh UKM dan Koperasi. Sementara itu kalau pemerintah sudah menyiapkannya, maka aliran dana untuk UKM dan Koperasi sesungguhnya sudah ada sebelum ada Pandemi, sehingga diperlukan koordinasi lintas pemerintah dalam rangka pembiayaan untuk UKM dan koperasi. Kita sungguh memerlukan pengaturan dengan data yang lebih akurat dengan alamat yang jelas, mendidik pelaku usaha agar makin pandai mengakses dana yang dibutuhkan. Di Filipina ada suatu cara yang mendidik masyarakat yang membutuhkan dengan cara yang disediakan pemerintah untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan.

Bapak Rosan dari Kamar Dagang menyatakan bahwa sementara itu ada persediaan dana tidak kurang dari Rp. 6 triliun yang disediakan untuk subsidi bunga dan modal kerja. Kalau penyediaan ini tidak segera diserap maka para pekerja akan lebih banyak di rumahkan. Kalau kecepatan ini berlangsung terus, akan lebih banyak dari 60 persen yang dimiliki oleh UKM akan di rumahkan.

Yang terakhir memberikan paparan adalah Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha, Kementerian Koperasi dan UKM, Arief Ramayandi yang menggambarkan bahwa penyediaan dana yang disediakan pemerintah sebesar Rp. 123,666,70 trilliun sampai sekarang belum mencapai sepuluh persen dan dari enam pokok yang bisa diberikan dana baru tiga pokok program yang telah diberikan dana atau subsidi bunga kepada yang membutuhkannya. Item yang pertama adalah sekitar 1,5 persen, yang kedua sebesar 14,45 persen dan yang ketiga baru sebesar 9,59 persen atau secara keseluruhan dari dana sebesar Rp 123,466 triliun itu baru sekitar 9,59 persen yang bisa diserap UMKM. Sungguh kecepatan yang lamban dibandingkan maksud pemerintah yang digambarkan oleh Menteri Koperasi pada awal Webinar beberapa hari lalu.

Mengacu pada tawaran lima rekomendasi dari Prof Mudrajad, Rektor Universitas Trilogi, meliputi pertama, change, bahwa rakyat, pemerintah dan pengusaha harus mengubah strategi berusaha, kedua, offer more, ikut membantu menjual berbagai keperluan budaya baru yang tidak ada sebelumnya seperti produk-produk yang melengkapi kebutuhan norma baru, seperti masker, pembersih tangan dan baju untuk di rumah serta segala keperluan norma baru yang sehat, praktis dan aman untuk menghindari menularnya Virus Corona, ketiga, vary menawarkan produk-produk baru bervariasi untuk mereka yang belajar atau bekerja dari rumah, keempat, improve  memperbaiki kinerja perusahaan sehingga tetap mampu bekerja berbeda dibanding cara kerjanya di masa lalu, dan kelima, do it now and fast jangan ditunda lagi karena harus berpacu dengan kebutuhan yang kecepatannya jauh lebih tinggi. Karena itu kesediaan dana yang besarnya sampai sekitar Rp. 123.466 trilun dan baru terserap sekitar 9,59 persen sungguh sangat lamban. Pemerintah tidak boleh hanya menunggu dikantor, tetapi agar daya serapnya lebih tinggi harus berbeda tindak dengan menjemput bola mendatangi UKM dengan kriteria yang disesuaikan tersebut.

UKM yang sanggup memenuhi lima rekomendasi Prof Mudrajad PhD perlu segera dijemput dan diberikan modal kerja, subsidi bunga atau pertolongan lain dari dana yang disediakan pemerintah tersebut. Pemerintah harus menjemput bola dan mengembangkan UKM dan Koperasi sesuai dengan rekomendasi yang ditawarkan tersebut. Bahkan dengan cepat harus menjemput UKM yang dikelola dan dikembangkan oleh banyak karyawan yang tidak perlu harus di rumahkan. Atau mengikuti produk jenis baru yang dibutuhkan oleh konsumen yang berubah normanya mengikuti berkembangnya budaya baru dengan norma kesehatan, norma baru dan budaya baru yang lebih modern. Semoga budaya baru itu merangsang punggawa dan petus UKM dan Koperasi berubah sesuai dengan budaya baru dengan norma barunya.

Haryono SuyonoComment