COVID-19 dan Langit yang Semakin Sunyi

Catatan Aam Bastaman

Catatan Aam Bastaman

Dalam kondisi normal langit di atas bumi bertebaran ribuan pesawat terbang. Data tahun 2017 saja menunjukkan sekurang-kurangnya terdapat 9.700 pesawat terbang mengudara pada waktu yang bersamaan, mengangkut sekurang-kurangnya 1.2 juta penumpang. Saat saya berada dalam pesawat untuk suatu penerbangan internasional, tahun 2019 majalah internal maskapai yang ada di depan kursi melaporkan 10.000 pesawat mengudara pada waktu yang bersamaan. Jadi terdapat penambahan pesawat yang dalam waktu bersamaan mengudara di atas bumi. Luar bisa, langit kita ternyata dipenuhi banyak pesawat terbang.

Menurut suatu lembaga penyedia data penerbangan, total pesawat penumpang dan kargo di dunia ini sebanyak 23.600 peswat. Terdapat dua jenis pesawat komersial yang paling laris dan banyak digunakan maskapai penerbangan, yaitu Boeing 737 dan Airbus A 320. Industri pesawat terbang global didominasi oleh dua raksasa pembuat pesawat terbang - Airbus (Eropa) dan Boeing (Amerika Serikat).

Per hari diperkirakan terdapat 47.700 penerbangan, yang dihasilkan oleh tiga aliansi maskapai penerbangan udara, yaitu: Star Alliance, One World dan Sky Team. Di luar ketiga aliansi tersebut terdapat 37.400 penerbangan per hari, plus berbagai jadwal penerbangan lainnya, sehingga total sekurang-kurangnya terdapat 102.000 penerbangan per hari.

Data dari IATA, Tahun 2017 melalui pesawat udara telah diangkut 4.100 Milyar orang. Kemudian tahun 2018 telah diangkut 4.338 Milyar orang. Sebagai pembanding pada tahun yang sama belanja avtur berbagai maskapai penerbangan udara untuk keseluruhan pesawat yang beroperasi diperkirkan USD. 149 Milyar, atau senilai Rp. 2.235 Trilyun.

Dengan data-data tersebut dunia penerbangan bertumbuh sebagai industri strategis global, dengan nilai ekonomi yang sangat besar, dan melibatkan berbgai industri turunan. Namun kini di masa pandemi Covid-19 semuanya berubah drastis. Media banyak merilis secara terbuka maskapai Singapore Airlines yang telah menghentikan 96% dari armada pesawatnya dari sekitar 147 armada. Beberapa pesawatnya bahkan telah diparkir di sebuah kawasan mirip gurun di Alice Spring Australia, sebuah tempat penyimpanan pesawat (Asia Pacific Aircraft Storage). Terutama untuk pesawat-pesawat besar, seperti Airbus A 380 dn Boeing 777.

Garuda Indonesia sendiri dari total 142 pesawat yang dimilikinya telah memberhentikan sekitar 70% pesawatnya, menyebabkan Garuda kehilangan pendapatan hingga 90%. Covid-19 telah “memukul” arus pergerakan orang. Secara global arus pergerakan orang yang paling cepat dan efektif adalah penerbangan udara.

Kerugian besar mendera industri maskapai penerbangan udara. Dengan nilai asset pesawat terbang yang sangat besar, namun tidak bisa menghasilkan, karena tidak bisa terbang. Padahal biaya operasi tidak bisa dihilangkan. Karyawan tetap misalnya, mulai dari pilot, pramugari, staf lapangan, dan kantor, tetap harus digaji. Biaya parkir pesawatpun tidak murah. Apalagi ini berbulan-bulan, sampai jangka waktu yang tidak pasti.

Hanya pergerakan barang dan arus informasi yang tidak terganggu Covid-19 - bahkan kecenderungan meningkat. Namun berbeda dengan industri yang mengakomodasi pergerakan orang - transportasi penumpang (terutama transportasi udara, tapi juga laut dan darat), pariwisata, perhotelan, rumah makan, biro perjalanan wisata, terpukul hebat, termasuk industri penunjang, seperti pemasok bahan makanan, jasa catering pesawat komersial dan jasa penunjang lainnya.

Karena pergerakan orang terganggu, maka banyak hal menjadi terganggu. Termasuk langit menjadi sepi dari hingar-bingar mesin pesawat, yang biasanya memindahkan jutaan manusia dari satu destinasi ke destinasi lain, sehingga kemudian membutuhkan jasa hotel, makanan, transportasi darat, dan berbagai jasa turunan lainnya.

Kabar baiknya langit menjadi jauh lebih bersih. Selain tantangan, ada peluang waktu-waktu ini menjadi pembelajaran munculnya inovasi penerbangan yang hemat bahan bakar dan rendah polusi.

Dunia membutuhkan pergerakan orang, dengan itu dunia bisa maju dan berkembang. Kita menyaksikan sekarang dunia “mandek”, banyak industri menjadi lesu, kalau tidak disebut mati. Semoga saja Covid-19 ini cepat berlalu.

(Aam Bastaman/Univ. Trilogi). Penulis.

Aam BastamanComment