Menjemput Bola Cegah Baby Boom
Salah satu upaya untuk mencegah menjalarnya penyebaran Virus Corona adalah tinggal di rumah ditambah dengan rajin mencuci tangan dengan sabun, memelihara jarak dan tidak bergerombol. Tinggal di rumah dan memelihara jarak bisa dilakukan dengan baik, tetapi bagi suami istri tidak mungkin kalau malam tiba harus menyediakan dua tempat tidur bagi suami dan istri secara terpisah, sehingga “terpaksa” tidur pada satu tempat tidur. Pada awal tidur, kalau tempat tidurnya besar bisa terpisah, tetapi pasti tidak lebih dari satu bantal sehingga tidak memenuhi syarat. Lebih-lebih di tengah malam, apalagi kalau saling rindu sehingga akan saling menempel dan bisa dengan mudah terjadi setrum yang “dikehendaki”. Kalau supply pil KB bagi para peserta KB dengan menggunakan Pil, obat itu habis, kemungkinan hamil bisa dengan mudah terjadi. Pil KB jaman sekarang nilai hormonnya rendah, sehingga terlambat satu dua hari kemungkinan bisa hamil relatif tinggi. Beda dengan Pil KB sebelum tahun 1950 yang kandungan hormonnya tinggi sehingga terlambat lebih dua hari masih aman.
Bagi peserta KB dengan suntik atau dengan spiral tidak menjadi masalah karena terlindung jauh lebih aman dibanding pengguna Pil atau Kondom, atau yang menggunakan pencegahan secara natural dengan memperhatikan masa subur dengan sistem kalender. Pada waktu belum ada Virus Corona semua bisa dikontrol karena suami atau istri atau kedua-duanya bekerja sehingga setelah pulang dari pekerjaannya bisanya capai sehingga posisi tidur tidak menjadi masalah. Kerja di rumah atau kerja dari rumah tidak memakan tenaga yang berlebihan seperti kerja di tempat kerja biasa, sehingga tingkat capainya relatif lebih rendah. Karena itu godaan untuk tidak aman dari godaan satu sama lain, diluar bahaya Virus menjadi lebih besar, yaitu godaan kemungkinan terjadinya “baby boom” setelah bahaya Virus Corona berakhir.
Bahaya “baby boom” dewasa ini sangat luar biasa akibatnya, jauh lebih berat dibandingkan dengan serangan Virus Corona karena komposisi demografi penduduk Indonesia sejak tahun 1990-an berubah dibanding dengan komposisinya selama tahun 1970 sampai tahun 1990. Pada tahun 1970 jumlah terbesar ada pada anak di bawah 15 tahun sehingga biarpun ada baby boom, adalah berasal dari pasangan yang relatif kecil jumlahnya sehingga mudah dikendalikan. Ternyata bisa dikendalikan dengan program KB yang efektif. Pada tahun 1990 tingkat kelahiran sudah diturunkan menjadi separo dibandingkan tingkat kelahiran pada tahun 1870.
Pada tahun ini terjadi pergeseran komposisi penduduk yaitu terjadi pembengkakan pada penduduk usia muda dan remaja yang jumlahnya sekitar dua tiga kali jumlah anak muda di tahun 1970. Bahkan pendudk lansia lebih dari sepuluh kali dibanding tahun 1970. Dalam suasana yang modern dewasa ini, pengguna kontrasepsi Spiral dan Suntik yang relatif rendah, peserta KB yang relatif belum stabil dan tingkat kelahiran terakhir menurun bukan karena penggunaan kontrasepsi tetapi karena wanita bekerja di luar rumah, maka kembali ke rumah bisa menjadi masalah besar bahaya “baby boom” bisa timbul pada pasangan muda yang jauh lebih besar jumlahnya dibanding tahun 1970.
Rupanya Kepala BKKBN Dr. dr. Hasto Wardoyo SpOG telah mengambil ancang-ancang dengan memberi petunjuk agar BKKBN daerah melakukan jemput bola dengan mengantar supply Pil KB kepada para peserta yang tersebar di desa-desa. Kelompok Akseptor yang marak di masa lalu, Posdaya yang pernah ada di semua desa dan kelompok PKK perlu dirangkul ulang dan di tingkatkan tugasnya untuk dengan berani mengantar Pil KB itu kepada akseptor KB. Biasanya mereka takut pada petugas kesehatan yang kadang-kadang terlalu hari-hati, tetapi para petugas PLKB dan kader KB perlu “lebih berani” karena tidak seperti Virus Corona yang bisa dihindari agar mati kutu, kehamilan tidak boleh dibunuh, apalagi kalau sudah lahir, harus dipelihara dengan baik sampai usia setinggi-tingginya. Bahaya ledakan penduduk jauh lebih berat daripada bahaya Virus Corona. Masyarakat luas perlu memberi dukungan aparat yang berani mengambil langkah positif, dan mengingatkab aparat yang kadang saling menyalahkan, sehingga langkah terobosan bisa diambil untuk mencegah akibat lain yang lebih besar. Semoga.