Strategi Ketiga Membangun Komitmen dan Partisipasi yang Kompak

kedua1.jpg

Dua bagian Strategi telah kita sajikan dengan harapan bisa di pertimbangkan oleh siapa saja yang ingin membangun peta perubahan tingkah laku yang sistematis dan konsisten untuk diikuti menuju tahapan pembangunan budaya baru agar bisa mengimbangi gesitnya Virus Corona yang menyebar dengan kecepatan luar biasa seperti serangan Pasukan Belanda tatkala ingin merebut kembali Ibu Kota RI di masa Revolusi, Yogyakarta, di tahun 1948. Dua kerangka strategi itu diikuti kerangka Strategi ketiga, yaitu pokok-pokok Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang didukung lincahnya kegiatan Advokasi yang pada masa itu dilakukan secara sederhana tetapi ampuh. Strategi ketiga dimasa itu dimanfaatkan pada masa memperkenalkan Program KB dengan komitmen yang tinggi agar tujuan jangka panjang, “mengubah budaya banyak anak” menjadi “budaya baru dengan jumlah anak sedikit tetapi memiliki kualitas tinggi” dapat dilaksanakan dengan baik.

Seperti dijelaskan sebelumnya, bagian terpenting upaya melawan Virus Corona adalah keharusan semua keluarga tinggal di rumah masing-masing. Kita bangga bahwa di Indonesia ajakan itu diikuti dengan tertib oleh mayoritas keluarga dan penduduk dengan disiplin relatif tinggi sehingga jalan-jalan, Masjid, Gereja dan hampir semua bangunan untuk kepentingan umum menjadi sepi karena tidak di kunjungi masyarakat umum yang mengikuti ajakan untuk tinggal di kediaman masing-masing.

kedua2.jpg

Pada bagian kedua Strategi yang digunakan adalah mengajak “pengungsi” yang tinggal di rumah masing-masing segera berubah dari keadaan “cuti menganggur di rumah” menjadi keluarga aktif dengan mengikuti atau berlatih kerja secara rajin. agar dalam keadaan mengungsi itu, seperti dilakukan oleh sesepuh bangsa, setiap keluarga melakukan konsolidasi secara sukarela, sistematis dan berkelanjutan, yaitu mlindungi diri dari serangan musuh, dalam hal sekarang, selalu memakai tutup hidung, mulut dan memelihara jarak satu dengan lainnya. Selanjutnya dianjurkan belajar untuk mengasah ketrampilan agar setiap anggota keluarga mampu memanfaatkan potensi desa, mulai dari potensi lahan di halaman rumah, dan kembali kerja bermutu setelah serangan Virus berakhir.

 Kegiatan dalam Strategi pertama dan kedua tersebut perlu diikuti komitmen yang tinggi dari semua pemimpin bangsa di semua tingkatan, partisipasi yang luas dari sebanyak-banyak keluarga dan anggotanya tanpa diwakilkan dengan sukarela dan ceria. Oleh karena itu pemerintah dan siapa saja yang ingin mengimbangi gesitnya Virus Corona perlu memanfaatkan semua jenis Media Masa dengan tujuan seakan gerakan kembali dan tinggal di rumah serta belajar mempersiapkan diri untuk bekerja kembali itu merupakan suatu kegiatan yang spontan diikuti dengan ceria dan partisipasi yang tinggi oleh keluarga Indonesia. Karena itu, biarpun ada yang tidak mengikuti, Media Masa menutupi kasus itu sehingga timbul kesan adanya arus gegap gempita munculnya komitmen secara dinamis dan kegiatan bervariasi dari semua aparat dan keluarga secara masal ikut dalam gerakan tinggal di rumah dan belajar mempersiapkan diri untuk bekerja keras dan membangun segera setelah serangan Virus kalah.

Untuk itu tujuan utama Strategi ketiga adalah membangun komitmen nasional yang tinggi pada prioritas penanganan virus Corona serta menggerakkan partisipasi seluruh komponen dalam masyarakat luas. Unsur terpenting pada Strategi ketiga adalah gerakan Komunikasi, Informasi, Edukasi dengan dukungan Advokasi yang bijaksana dan lincah secara nasional.

media sosial.jpg

Komunikasi massa secara luas harus menggunakan pelaku utama Pemimpin Nasional dari berbagai kalangan yang memiliki kredibilitas politik, agama, budaya dan memiliki pengaruh tinggi pada masyarakat luas sehingga pesan-pesan yang disampaikannya, di dengarkan, di mengerti dan dilaksanakan. Pada tingkat awal, isinya tidak perlu harus tepat dan akurat secara tehnis, tetapi mudah dimengerti  rakyat banyak. Karena itu mereka yang menguasai masalah tehnis tidak perlu membantah atau melawan tetapi secara konsisten menawarkan keterangan tambahan yang lebih profesional, seperti halnya pesan media komersial kalau menawarkan sesuatu, tidak perlu menyinggung atau melawan, tetapi secara berulang-ulang, melalui berbagai variasi menawarkan kelebihan produknya yang bermutu.

membangun bangsa2.jpg

Contohnya, pada jaman menjelaskan Gerakan KB, seorang sosiolog menerangkan spiral atau IUD, Intra Uterine Divice, kepada ibu-ibu di Desa di Jawa, dengan menyatakan bahwa IUD adalah “Iki Ucul Dadi”, artinya kalau lepas dari rahim ibu bisa hamil lagi atau menjadi bayi. Sehingga kalau ibu-ibu setiap bulan periksa keadaan IUDnya di Posyandu dan tetap aman, maka ibu tersebut tenang dan melayani suaminya dengan aman dan penuh kasih sayang karena di lindungi IUD dari kehamilan.

Pesan komunikasi masa itu dibarengi dengan Informasi dan edukasi kelompok bagaimana cara membangun seperti yang dianjurkan tersebut melalui kelompok-kelompok kecil berupa kegiatan berisi Informasi dan edukasi yang lebih tehnis, terarah, utamanya bagi keluarga prasejahtera atau keluarga miskin, sehingga rakyat banyak bisa merasakan dan lebih dari itu ikut berpartisipasi secara aktif, tidak hanya menjadi penonton kegiatan yang dilaksanakan. Informasi dan edukasi itu harus meyakinkan para pengambil keputusan dan segera bisa dilaksanakan agar setelah kelompok keluarga prasejahtera atau keluarga miskin mendapat informasi dan edukasi, mendapat kesempatan ikut berpartisipasi. Kepada keluarga yang mampu, cukup diberi kesempatan menjadi contoh adanya arus ikut berpartisipasi secara mandiri sebagai pelopor dalam pembangunan bangsa yang gegap gempita. Partisipasi spontan keluarga mampu tidak boleh memperkecil peranan keluarga miskin yang partisipasinya dibantu oleh pemerintah dan mendapat prioritas tetapi justru disambut baik sehingga timbul kerja sama yang manis.

Pada tahapan ini mulai ditonjolkan adanya masyarakat yang menonjol dengan memberikan penghargaan kepada Kabupaten, Kota Madya dan Provinsi yang berhasil dan memiliki inovasi yang menonjol untuk menjadi contoh daerah dan orgnisasi masyarakat lainnya. Keunggulan dan inovasi lokal menjadi bagian dari keberhasilan nasional yang akhirnya akan diikuti secara nasional dan menyeluruh.

Kegiatan Komunikasi dan informasi massal dan umum perlu dilakukan oleh pemeran dari berbagai profesi sehingga seriang menyinggung profesi lain yang sangat menaruh perhatian pada bahan yang kadang terasa menyinggung keahlian tertentu yang sangat rigit, tidak terlalu pas dengan etika ilmu, dan sebagainya. Misalnya, seorang sarjana Hukum bicara masalah kesehatan, seakan “merendahkan” dan tidak cocok dengan gambaran yang lebih rumit sesuai rumusan tehnisnya. Dalam hal seperti ini, kita harus sabar karena perubahan sosial dan budaya memerlukan dukungan komitmen yang luas dan sangat bervariasi sehingga diperlukan pula kerja sama dan saling pengertian yang luas.

Pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi yang bernada positif itu akan menjadi perekat bangsa sehingga serangan Virus Corona tidak disambut dengan saling menyalahkan, tetapi menjadi alasan mendorong pembangunan persatuan gotong royong dan kepedulian yang memihak sehingga bangsa ini tidak saling bersaing, tetapi didorong bersatu membangun kebersamaan dan kesejahteraan yang makin merata penuh kesejukan dan Ridho Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin YRA.

Haryono SuyonoComment