Bisakah Kita Memprediksi Masa Depan?
Hidup di tengah pandemi memerlukan perubahan cara kita menjalani kehidupan, menjadi kebiasaan baru. Menggunakan masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan memakai sabun, dan menghindari kerumunan menjadi norma baru dalam kehidupan sosial kita. Suatu kebiasaan baru yang tidak prnah kita bayangkan harus kita jalani dalam mengantisipasi pandemi ini, supaya virus (Covid-19) tidak menyebar memangsa kesehatan manusia-manusia lainnya.
Tidak seorangpun pernah memprediksi terjadinya penyebaran Covid-19 sebelum ini. Tidak pernah membayangkan manusia yang hidup di tahun 2020 ini harus menjalani kehidupan yang tidak normal, yang kemudian menjadi kenormalan baru.
Sekarang ini banyak hal terjadi tanpa pernah atau bisa diprediksi sebelumnya secara akurat. Memprediksi masa depan merupakan hal yang paling sulit. Banyak hal lainnya yang terjadi atau hadir begitu saja di tengah-tengah kita tanpa melalui prediksi yang akurat.
Siapa yang pernah menyangka virus yang tidak kelihatan secara kasat mata ini bisa memporakporandakan kehidupan umat manusia. Banyak hal terganggu, menjadikan aktifitas kehidupa sosial, ekonomi, pendidikan maupun keagamaan terganggu, bahkan mandek.
Kantor-kantor ditutup, karena harus bekerja dari rumah; sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan tinggi ditutup, dan harus belajar dari rumah; pusat-pusat destinasi wisata ditutup, diganti wisata virtual, akibatnya penerbangan, hotel dan rumah makan dan jasa terkait pariwisata lainnya harus menguranagi aktifitas, bahkan tutup, termassuk mal-mal, pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat hiburan.
Tidak ada lagi mobilitas manusia antar kota, antar wilayah, antar bangsa, seperti di masa normal. Banyak kota, wilayah, tempat-tempat seperti ditinggalkan penghuninya, ataupun tidak ada pengunjungnya – sepi.
Bahkan tidak ada lagi keberangkatan umrah, ataupun pergi haji, karena kota-kota suci ditutup untuk peziarah. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kota suci Mekah yang biasanya padat dipenuhi Jemaah haji, tiba-tiba sepi. Masjidil Haram dan Ka’bah pun sepi. Praktek shalat berjamaahpun dibatasi, harus menjaga jarak. Betul-betul tidak terbayangkan bisa terjadi seperti ini sebelumnya. Tuhan yang maha berkehendak memberikan ujiannya.
Kemampuan memprediksi kita kian melemah, banyak hal terjadi secara tidak terduga, ataupun datang terlalu cepat atau tiba-tiba. Banyak indikasi begitu “unpredictable” kehidupan sekarang, dalam segala aspek.
Siapa sangka HP pintar bisa menguasai kehidupan manusia dan menjadikan kita sangat bergantung pada benda mungil ini, yang fungsinya menggantikan banyak hal di masa lalu, sebut saja: Pembelian, penjualan, transaksi keuangan, kamera, media komunikasi, media sosial, sumber informasi cuaca, peta jalan, mengukur kalori, jam tangan, kalkulator, nonton film, mendengar musik, sekolah ataupun kuliah, mencari informasi umum, mencari jodoh, membaca berita, mendengarkan dakwah, sampai mencari hal-hal yang menyerupai insting hewani yang bisa hadir dalam kebutuhan dan emosi manusia, seperti games, tontonan/hiburan, sampai media hiburan dewasa. Masih banyak lagi, silahkan sebut dan tambahkan saja.
Siapa sangka banyak hal bisa digantikan dengan piranti artificial intelligent ataupun robot yang bisa menyerupai fungsi kerja manusia secara lebih efisien dan efektif, juga produktif. Profesi ataupun pekerjaan lama banyak yang terhapus, hilang karena tidak dibutuhkan lagi. Profesi baru yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan era digital muncul sebagai tantangan dan peluang baru.
Siapa sangka mobil bisa berjalan sendiri tanpa dikemudikan, kini terjadi. Siapa sangka kita bisa berkomunikasi nirkabel secara real time, bahkan melalui tatap muka layar, tanpa harus membayar. Siapa sangka banyak media aplikasi yang bisa menggantikan guru atau dosen. Belanja pun bisa menunggu di rumah, dan pesanan bisa datang sendiri. Siapa sangka kehidupan sosial kita bergeser dari kehidupan interaksi nyata ke interaksi virtual.
Dunia bisnispun banyak berubah. Perubahan yang sangat cepat, yang kadang terlambat disadari. Tiba-tiba pesaing bukanlah pesaing lama yang konvensional, tapi jasa melalui aplikasi berbasis digital yang lebih efisien, praktis dan menyenangkan, mengganggu pola dan model bisnis lama. Dunia ritel pun terdisrupsi, transportasi terdisrupsi, keuangan dan perbankan terdisrupsi, hotel dan akomodsi terdisrupsi, jasa agensi terdisrupsi, lembaga pendidikan semacam kursus terdisrupsi, tidak mustahil tidak lama lagi pendidikan tinggi juga terdisrupsi.
Dalam dunia bisnis korban disrupsi justru perusahaan-perusahan besar yang tidak pernah terbayangkan bisa tutup, karena terlambat melakukan inovasi, kalah cepat dengan perubahan itu sendiri. Terlambat membaca tanda-tanda perubahan pasar dan teknologi yang menawarkan beragam model bisnis baru yang lebih kompetitif..
Bagaimana kehidupan manusia ke depan? Bisakan kita memprediksi masa depan? Akan ada banyak pertanyaan, namun sebelum kita mampu menjawabnya bisa jadi duniapun sudah berubah duluan.
(Aam Bastaman).