BUMDes Berkah Bersama Karang Bunga Tingkatkan Nilai Tambah Produk Unggulan
Sebelum masa Pandemi Covid-19, Tim Kementerian Desa PDTT mencatat bahwa peran BUMDes Karang Bunga tidak hanya bermanfaat untuk memberi nilai tambah terhadap produk unggulan desa agar bernilai ekonomi tinggi, tetapi sekaligus memutus mata rantai tengkulak yang merugikan petani.
Desa Karang Bunga, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, membuat terobosan melalui badan usaha milik desa, mereka mengelola dan memberi nilai tambah pada dua produk unggulan, yaitu jeruk siam banjar dan padi lokal. Beberapa pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berkah Bersama memperlihatkan cara membuat es krim jeruk di Desa Karang Bunga. Jeruk diperas diambil sarinya lalu diolah dengan berbagai bahan lainnya hingga menjadi es krim. ”Adonan harus disimpan selama 24 jam supaya beku dan diproses lagi menjadi es krim jeruk,” kata Rumiati, Kepala Seksi Kesejahteraan dan Pelayanan Desa Karang Bunga. Es krim jeruk dengan label antani, akronim dari anak petani, merupakan produk baru yang dikembangkan setahun terakhir. Harganya Rp 2.000 per wadah kecil dan Rp 3.000 per wadah besar.
Produksinya masih dalam skala kecil dan untuk memenuhi pesanan, terutama ketika ada warga yang menggelar hajatan. ”Dalam sebulan paling hanya 2-3 kali berproduksi. Total produksinya rata-rata 1.000 cup per bulan,” ujar Rumiati. Menurut Kepala Desa Karang Bunga Sarino, es krim jeruk antani merupakan inovasi desa untuk memberikan nilai tambah pada jeruk siam banjar, salah satu produk pertanian unggulan desa. Di Karang Bunga terdapat kebun jeruk siam dengan luas lebih dari 500 hektar. Setiap petani rata-rata memiliki kebun jeruk seluas 2 hektar. ”Kami mulai memproduksi es krim jeruk pertengahan tahun lalu setelah mendapat pelatihan dari mahasiswa-mahasiswi Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al-Banjary, Banjarmasin. Produksi dan pemasaran es krim jeruk ditangani BUMDes,” ujarnya.
Karena produksinya masih skala kecil, BUMDes Berkah Bersama yang berdiri pada tahun 2013 belum mampu membeli jeruk petani. ”Bahan baku jeruk masih berasal dari kebun milik desa,” ujar Ketua BUMDes Berkah Bersama Agus Esthi Panti Iti.
Agus menuturkan, BUMDes membentuk unit usaha baru untuk menangani produksi dan pemasaran es krim jeruk antani. Unit usaha es krim jeruk diurus dua orang. Namun, jika ada pesanan dalam jumlah banyak, pengurus BUMDes lainnya ikut membantu. ”Kami masih berupaya mengurus izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) agar bisa dipasarkan secara luas,” katanya.
Pembelian gabah
Saat ini yang sudah berjalan yaitu BUMDes membeli gabah kering panen dari petani. Selain sebagai sentra penghasil jeruk siam banjar, Karang Bunga dengan luas wilayah 8,03 kilometer persegi dan berpenduduk sekitar 1.900 jiwa juga sebagai sentra penghasil padi, terutama padi lokal varietas karang dukuh dan siam unus.
Sejak berdiri pada 2013, BUMDes Berkah Bersama berupaya agar petani tak terjerat rentenir atau pengijon. Mereka selalu datang di awal musim tanam dan menawarkan pinjaman modal atau kredit ke petani dengan sistem ijon. ”Sistem itu merugikan petani karena harga gabah saat panen sudah ditetapkan pengijon di awal musim tanam. Harganya selalu di bawah harga pasar,” kata Agus.
BUMDes yang memiliki unit usaha simpan pinjam dan jual beli gabah saat awal musim memberikan bantuan modal sebesar Rp 1 juta. ”Bantuan modal itu tidak besar, tetapi cukup menolong petani memulai masa tanam,” kata Heri Suprayitno (47), petani di Karang Bunga yang merasakan manfaat BUMDes. Sebelum ada BUMDes, Heri mengaku bergantung kepada rentenir. Saat panen raya, gabahnya harus dijual kepada rentenir dengan harga rendah untuk membayar pinjaman. Selisihnya dengan harga pasaran gabah saat panen raya bisa Rp 20.000 per kaleng. Sementara BUMDes Berkah Bersama membeli gabah sesuai dengan harga pasaran saat panen. ”BUMDes menguntungkan petani saat musim panen,” kata Somo (60), petani lainnya.
Menurut Agus, BUMDes memberikan pinjaman tanpa bunga kepada petani. Pinjaman itu dibayar dengan gabah saat panen. Keuntungan BUMDes dalam usaha simpan pinjam dan jual beli gabah diperoleh dari selisih harga pembelian dan penjualan gabah. Gabah yang dibeli dari petani pada musim panen raya akan disimpan di gudang terlebih dahulu dan baru dijual ke pasar beberapa bulan kemudian. ”Gabah dijual pada awal tahun atau paling lambat bulan Februari. Pada saat itu harga gabah sudah naik dan BUMDes untung rata-rata Rp 20.000 per kaleng,” katanya. BUMDes Berkah Bersama yang awalnya berdiri dengan dana swadaya baru mendapat penguatan modal dari dana desa dua tahun kemudian. Setelah melalui musyawarah desa, pada 2015 pemerintah Desa Karang Bunga mengalokasikan dana Rp 115,22 juta untuk modal BUMDes.
BUMDes bisa memperkuat unit usahanya dan mengembangkan unit usaha baru. Saat ini BUMDes Berkah Bersama memiliki unit usaha simpan pinjam, jual beli gabah, jasa penyedia air bersih, pengelolaan gedung serba guna, penggemukan sapi, dan produksi es krim jeruk.
Meski belum punya kantor, BUMDes Berkah Bersama berhasil menyabet predikat BUMDes terbaik di Barito Kuala tahun 2018. Pada tahun yang sama juga masuk nominasi desa terbaik nasional kategori penguatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Ironisnya, akses jalan kabupaten ke desa tersebut masih rusak.