Penduduk Lanjut Usia sebagai Penggerak Pembangunan

pwri1.png

Mulai hari Senin tanggal 9 Nopember 2020 PB PWRI bekerja sama dengan BPJS menyelenggarakan Pertemuan Virtual dengan semua anggota di seluruh Indonesia. Pertemuan seperti ini direncanakan akan diadakan setiap bulan pada setiap Hari Senin minggu kedua, sehingga pertemuan kedua akan diadakan pada hari Senin tanggal 6 Desember 2020.  Rencananya penduduk lansia, usia di atas 60 tahun,  yang pada tahunn 1970 baru mencapai sekitar dua juta, pada waktu ini telah terdapat lebih dari 25 juta orang, suatu perkembangan sangat cepat. Perkembangan ini akan meningkat sangat cepat lagi tetapi tidak merata di semua provinsi, terjadi dari tahap ke tahap akan merambah ke semua kabupaten dan provinsi. Provinsi yang paling beruntung mungkin adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dan di susul dengan Provinsi Jawa Timur pada Kabupaten dan Kota yang tingkat kelahiran dan tingkat kematiannya sudah menunjukkan keadaan penduduk tumbuh seimbang. Biarpun tidak secepat keadaan pada dua provinsi tersebut, namun keadaan Indonesia akan tetap mengalami tumbuhnya penduduk lanjut usia yang relatif cepat, bisa-bisa berkejaran dengan Jepang maupun negara maju lainnya.

pwri2.png

Rencana pertemuan bulanan disepakati dalam pertemuan terbatas bersama Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS, Ibu Andayani Budi Lestari, SE, MM. yang kemarin bersama dua orang staf seniornya Bapak Agus dan Bapak Markus  mewakili Direktur Utama Prof. Dr. dr. Fachmi Idris, MKes.  Pertemuan sepakat  dilakukan setapak setiap hari Senin minggu kedua setiap bulan. Ini berarti bahwa pertemuan pertama dilakukan pada Kamis tanggal 5 Nopember 2020 bersama Team BPJS bidang Kesehatan bersama Tim PB PWRI yang dipimpin Ketua Umum Prof. Dr. Haryono Suyono, didampingi Ibu Dra Masni Rani, MSi . Pertemuan bulan belan Desember pada hari Senin tanggal 7 Desember 2020.  Dalam Pertemuan Kesepakatan itu Direksi Ibu Andayani Budi Lestari, SE, MM bersama Ketua Umum PB PWRI, Prof. Dr. Haryono Suyono didampingi oleh Bapak Dr. dr. Tjepi Aloewie, MSc yang baru saja memperoleh gelar Akademis sebagai Doktor dari Universitas Negeri di Jakarta serta Ibu Dra. Masni Rani, MSi, Ketua Kerta Werdatama.

pw2.png

Pertemuan bulanan itu digagas agar para anggota PWRI di seluruh Indonesia memperoleh pembekalan agar tetap bisa melanjutkan darma baktinya sampai di akhir usia, melalui pemberian bahan-bahan itu, dalam acara silaturahmi dalam lingkungannya mendapatkan bekal yang makin kaya sehingga sekaligus bisa berbagi sesama anggota, sesama penduduk lanjut usia di Desa,  Kecamatannya dan di sekitarnya, makin percaya diri sebagai sesepuh Desa, Kecamatannya atau anak-anak, cucu dan cicitnya dalam mengantar seluruh kekuatan pembangunan untuk lebih lanjut menyebar luaskan semangat, ilmu pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman yang luas untuk mengantar pembangunan yang gegap gempita.

Melalui pertemuan bulanan itu para anggota PWRI akan dijelaskan adanya kesempatan dan ijin a menggunakan fasilitas yang ada pada sekitar 7000 Kantor PKB BKKBN di setiap kecamatan serta Perpustakaan Desa yang dibina oleh Jaringan Perpustakaan Nasional di puluhan ribu desa di Indonesia. Tujuan utamanya adalah agar para penduduk lanjut usia makin menikmati “hidup sehat dan sejahtera” serta mampu mendampingi anak cucu “belajar dan mendapatkan ketrampilan yang memadai” sehingga dengan mudah an ak-anak dan cucu mendapatkan pekerjaan yang baik guna menunjang hidup yang bahagia dan sejahtera bersama anak cucunya kelak.

pwri3.jpg

Kita berharap bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia mirip warga Jepang yang pertama kali  mulai mengumpulkn data tentang mereka yang pernah hidup lebih dari 100 tahun pada tahun 1965 menurut Pew Research Center, saat itu hanya ada 153 orang. Kini Jepang memiliki centenarian  (orang yang telah hidup 100 tahun) per kapita paling banyak daripada egara lain di dunia, ada 4,8 centenarian setiap 10.000 orang di Jepang. Angka ini merupakan peningkatan lebih dari 2.000 centenarian dari tahun 2017.

banjar4.jpg

Kementerian mengumumkan jumlah warga Jepang yang lebih tua dari 100 tahun telah meningkat menjadi 69.785 pada tahun 2018. Dari jumlah itu, lebih dari 88 persen adalah wanita. Keadaan bahwa wanita bisa berusia lebih panjang dari pria itu terjadi pada banyak negara. Barangkali sebentar lagi Indonesia akan segera menyusul negara-negara yang besar jumlah penduduknya itu.

Jepang memang dikenal sebagai negara yang memiliki angka harapan hidup rata-rata yang tinggi. Banyaknya orang berumur panjang di Jepang dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari diet hingga menghindari stres. Faktor pertama yang berpengaruh adalah mengenai makanan, kita dapat melihat bahwa orang Jepang makan dengan menu yang terbilang lengkap mencukupi nutrisi sehari-hari. Mereka akan makan seporsi nasi, ikan, tofu, serta sayur rumput laut.

 Menu ini memang terlihat sederhana namun kaya akan karbohidrat, protein, serta vitamin. Terutama untuk ikan, mengandung vitamin B6 yang membantu menyehatkan tubuh. Selain itu tofu atau tahu merupakan panganan yang rendah kolesterol.

pwri1.jpg

Pemberdayaan Penduduk Lanjut Usia sebagai Penggerak Pembangunan di Desa. Mereka juga jarang mengkonsumsi gorengan serta makanan cepat saji lainnya. Kebanyakan makanan Jepang dimasak dengan cara direbus, dikukus, dan dibakar sehingga kandungan kolesterol minim dalam tubuh orang Jepang. Selain itu, Jepang juga dikenal kerap menyuguhkan teh hijau atau ocha sebagai pendamping makanan. Teh hijau ini berfungsi sebagai antioksidan.

Rahasia kedua menurut catatan di Google  adalah orang Jepang tetap aktif di masa tua. Berbeda dengan prinsip hidup kebanyakan orang yang ingin segera pensiun, orang Jepang ingin tetap bekerja bahkan di usia 70 hingga 80-an. Jika telah pensiun, orang Jepang juga masih mengikuti kegiatan komunitas yang membuatnya terhubung dengan orang di sekitarnya. Penduduk di Okinawa misalnya, mereka punya trik untuk hidup sehat tanpa stres dengan cara saling terhubung satu sama lain, memperhatikan, dan menguatkan. Mereka percaya, hubungan yang baik akan menghindarkan mereka dari stres yang menjadi sumber penyakit.

pwri4.jpg

Umur panjang di Jepang juga dipengaruhi genetik. Berdasarkan penelitian dari Okinawa Centenarian Study, orang yang hidup lebih dari 100 tahun, memiliki penurunan risiko genetik untuk penyakit autoimun dan inflamasi. Itu artinya, lansia di Jepang ini menurunkan gen sehat pada generasi di bawahnya sehingga umur mereka juga bisa panjang. Itulah sejumlah faktor yang membuat orang Jepang berumur panjang. Tips seperti mengatur makanan yang dikonsumsi, menghindari stres, dan selalu aktif dapat kita contoh agar tubuh kita tetap sehat sampai usia senja.

Pengurus PB PWRI akan berusaha agar para anggotanya menjadi sahabat sesama penduduk lanjut usia serta anak-anak, cucu-cucu dan cicit-cicit dari seliap keluarga di Indonesia serta mendampingi mereka makin cerdas, terampil, menghargai budaya nenek moyangnya serta siap bekerja membangun keluarga dan nusa bangsanya. Semoga

Haryono SuyonoComment