Desa Anjir Kalampan Kembangkan Pertanian Tanpa Bakar di Lahan Gambut

anjir1.jpg

Tim Kerja Kementerian Desa PDTT sebelum serangan Wabah Corona melaporkan dari Desa Anjir Kalampan yang dikenal sebagai desa eduwisata pertanian holtikultura di Kabupaten Kapuas. Desa ini menjadi tempat pelatihan dan pendidikan berbagai kalangan untuk budidaya tanaman holtikultura berbasis ramah lingkungan. Mereka menerapkan sistem pengolahan lahan tanpa bakar dan tanpa bahan kimia.

Desa Anjir Kalampan terletak di Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Warga desanya berhasil membudidayakan berbagai jenis tanaman holtikultura seperti cabai, terong, pare, tomat, bawang, dan lainnya. Untuk tanaman buah-buahan, para petani menanam jeruk, melon, nangka, cimpedak, mangga, lengkeng dan berbagai jenis buah-buahan lainnya. Seperti wilayah lainnya di Kalimantan Tengah, pada 2015, sebagian besar lahan di Desa Anjir Kalampan habis terbakar. Peristiwa kebakaran lahan dan hutan itu menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat. Aktivitas perekonomian lumpuh dan masyarakat banyak yang terserang penyakit pernafasan. Kegiatan persekolahan juga diliburkan.

Setelah itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan bakar untuk pembukaan lahan. Kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Bukan rahasia umum, masyarakat Kalimantan Tengah terbiasa membuka lahan dengan cara membakar lahan. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama dan ditularkan secara turun-temurun. Untuk menyiasati situasi tersebut, masyarakat Desa Anjir Kalampan mencari cara pertanian baru agar kebakaran lahan gambut bisa dihindari, tapi masyarakat tak dirugikan secara ekonomi.

Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)

Inovasi teknik pengelolaan lahan tanpa bakar (PLTB) di Desa Anjir Kalampan dipelopori oleh sang Kepala Desa, Yanir. Alumnus Jurusan Sosial Politik Universitas Lambung Mangkurat (1993) itu mengaku tidak memiliki pengetahuan pertanian yang mendalam alias bermodal nekat saja. Teknik pembukaan lahan tanpa bakar yang diterapkan Yanir sebenarnya sederhana. Caranya, ia memanfaatkan rumput dan semak-semak yang dicampur dengan pupuk kandang sebagai kompos.

Dia juga membiarkan akar-akar pohon (tunggul) hingga membusuk sebab akan meningkatkan kesuburan tanah. Dalam tunggul busuk terdapat cacing yang berfungsi sebagai pengurai. Petani tak perlu membeli dan tergantung pada pupuk kimia.

Untuk mengurangi kadar keasaman tanah di lahan gambut, Yanir membuat blok penanaman lebar sekitar dua kali sepuluh meter. Blok penamanan dibuat agak tinggi sekitar 20-30 sentimeter dari tinggi permukaan tanah datar. Siasat itu membuat akar tanaman tidak langsung menyentuh air asam di bawah permukaan tanah. Selain itu, dia menggunakan kapur prokal untuk mengurangi kadar asam. Kapur prokal adalah bahan yang ramah lingkungan.

Selama dua tahun, dia bereksperimen menanam berbagai tanaman pertanian, seperti melon, semangka, tomat dan tanaman lainnya lewat metode PLTB. Kini Yanir mampu berbagi pengetahuan dan keterampilam dengan petani-petani lainnya.

Tahapan terberat dalam PLTB adalah pembukaan lahan. Petani harus mengeluarkan dana cukup besar untuk upah pekerja, bahan bakar, mesin operasional, dan biaya pengomposan. Karena itu, PLTB sebaiknya dilakukan secara bertahap, lewat luasan yang kecil dulu. Petani bisa mulai dari penyiapan lahan untuk tanam 1.000 batang cabai, bila berhasil, mereka dapat mengembangkan lahan yang lebih luas lagi.

Dalam jangka panjangnya, strategi PLTB di atas sangat menguntungkan. Petani tidak perlu lagi mencari lahan lain untuk tebas dan bakar yang akan menguras biaya tambahan. Petani akan fokus di zona pertanian intensif. Penggunaan pupuk organik akan mengurangi biaya produksi. Kini, strategi PLTB yang dilakukan Yanir sudah diikuti oleh warga desa yang lain. Di Desa Anjir Kalampan suah ada sembilan kelompok tani dengan total anggota sebanyak 200 orang.

Pasarkan Hasil Panen di Sosial Media

Pada 2016, penerapan inovasi ini membawa angin segar bagi petani. Para petani di Desa Anjir Kalampan dapat panen raya dengan hasil yang memuaskan. Ada bertono-ton melon dan semangka yang dihasilkan dari PLTB. Untuk memasarkan hasil panen, masyarakat desa memanfaatkan teknologi sosial media. Hasil kebun diunggah ke Whatsapp, Facebook, dan lainnya. Banyak kalangan yang tertarik membeli hasil taninya, bahkan ada pembeli datang dari luar daerah. Mereka menghubungi para petani. Ada yang telepon, ada yang datang sendiri.

Selain PLTB, masyarakat Desa Anjir Kalampan juga mengembangkan lahan agroforestri yang ditanami berbagai tanaman keras, seperti jengkol, petai, dan tanaman keras lainnya. Akhirnya, Desa Anjir Kalampan menjadi tempat pelatihan dan pendidikan berbagai kalangan untuk budidaya tanaman holtikultura berbasis ramah lingkungan. Atas kerja kerasnya, Pemerintah memberikan penghargaan pada Yanir sebagai Pelopor Ketahanan Pangan pada 2017. Para petani juga mendapat bantuan peralatan perkebunan dari berbagai instansi sebagai dukungan bagi kegiatan pemberdayaan masyarakat di kawasan lahan gambut.

Haryono SuyonoComment