Budaya Ppalli-Ppalli Korea Selatan
Kalau kita mengamati perilaku warga Korea Selatan, khususnya di Kota Seoul, maka nampak sekali sifat tergesa-gesa, seolah-olah segala sesuatu ingin dikerjakan dengan cepat-cepat. Tengoklah cara mereka berjalan kaki di jalanan kota Seoul, atau bagaimana mereka menghidngkan makanan di rumah-rumah makan, termasuk di rumah makan yang sangat sibuk sekalipun. Makanan bisa terhidang tanpa harus menunggu lama-lama. Tapi memang cara makan mereka juga cepat-cepat. Gaya cepat-cepat ini nampak dalam hal-hal lain juga, seperti para pengemudi bus (kalau yang ini di negara kita tidak kalah), hanya mereka lebih disiplin.
Mengapa mereka melakukan sesuatu secara tergesa-gesa? itulah yang disebut praktik budaya ppalli-ppalli yang artinya kurang lebih tergesa-gesa atau cepat-cepat. Konon budaya ppalli-ppalli ini sudah mereka lakukan sejak lama, namun menemukan momentumnya setelah Korea Selatan mulai membangun, pasca kemerdekaan dari Jepang.
Pembangunan Korea Selatan seperti dikejar-kejar target, semua berjalan dengan cepat-cepat, apakah itu pembangunan konstruksi gedung-gedung, jalan tol, pabrik, termasuk bagaimana cara mereka bekerja, dilakukan dengan cepat-cepat. Hasilnya juga luar biasa, perekonomian Korea Selatan tumbuh dengan lebih cepat.
Padahal tahun 1960-an sekitar 72% populasi negara tersebut hidup di pedesaan. Bagaimana kini bertransformasi menjadi negara maju yang cepat belajar, sehingga mampu memproduksi aneka barang berteknologi tinggi, mulai dari elektronik, otomotif, kapal laut, sampai semikonduktor dengan kualitas yang dapat dipercaya, sehingga mampu mengekspor. Budaya tergesa-gesa inilah yang dianggap banyak kalangan menjadi salah satu faktor negeri ini bisa mencapai kemajuan ekonomi yang luar biasa dan melakukan industrialisasi dalam jangka waktu sangat singkat, sehingga bisa menyelip negara-negara lain yang memiliki waktu “start” yang sama, seperti Indonesia.
Tentu bagi orang luar ini menakjubkan, karena semula Korea Selatan ini sebagian besar masyarakatnya hidup di pedesaan dengan bertani. Bagiamana hanya dalam waktu yang sangat cepat mereka bertransformasi menjadi negara industri maju. Korea Selatan menjadi salah satu dari segelintir saja negara yang mampu keluar dari jebakan negara kelas menengah (middle income trap), disamping Singapura, Hong Kong dan Taiwan.
Apa yang membentuk budaya ppalli-ppalli? Sehingga mereka punya etos kerja tinggi dan lebih produktif. Banyak analisis melihat keterpurukan akibat penjajahan Jepang mulai tahun 1910 sampai berakhirnya perang dunia kedua, sangat membekas di masyarakat Korea. Sehingga memori menyedihkan ini, menjadi energi untuk membangun Korea Selatan. Patokan kemajuan mereka konon adalah Jepang, negara yang dulu menjajahnya. Impian mereka adalah harus melampaui Jepang, paling tidak menyamainya, sehingga mereka harus lebih produktif dan kompetitif.
Ppalli-ppalli telah menjadi bagian keseharian bagi orang Korea (Selatan); sehingga faktor kecepatan juga terpatri dalam hidup mereka dan menjadi nilai fundamental masyarakat Korea Selatan, sehingga selalu ingin menjadi yang terbaik. Karena budaya cepat-cepat inilah maka Korea (Selatan) bisa mencapai kemajuan ekonomi yang luar biasa dan industrialisasi dalam jangka waktu singkat. Bukan Hanya itu Korea Selatan juga mampu mengekspor secara agresif budaya dengan Kpop-nya yang banyak disukai masyarakat lain di dunia internasional.
Barangkali hal inilah yang bisa kita pelajari.
(Aam Bastaman, penulis buku serial Traveler Tic Talk)
Photo: Istimewa