Manfaatkan Dana Desa Bangun Sanggar Belajar

RumahS.jpg

Kebutuhan dan kearifan lokal sering mengalahkan petunjuk dari atas dan membuat keputusan itu membawa manfaat yang besar terhadap kemajuan daerah. Laporan dari Gedhe Nusantara dari Negeri Solea yang anak-anak biasa harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk mengakses pendidikan formal telah memberi sinyal dan keberanian Pemerintah Negeri Solea memanfaatkan Dana Desa (DD) untuk membangun Sanggar Belajar dan memperbaiki Rumah Singgah yang dipergunakan para siswa untuk menginap. Keputusan yang berani dan didasarkan pada kebutuhan daerah itu membawa dampak yang psotif. Angka partisipasi sekolah mampu terjaga, bahkan cenderung meningkat. Para siswa semakin kreatif dengan adanya Sanggar Belajar Remaja di rumah singgah tersebut.

Negeri Solea terletak di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Rendahnya tingkat partisipasi sekolah anak SLTP dan SLTA disebabkan jarak tempuh ke sekolah sangat jauh dan harus menempuh jalan berbukit-bergunung-bersungai. Jarak terjauh ke SLTP mencapai 12 Km, ke SLTA sejauh 14 Km. Infrastruktur jalan sangat buruk dan belum ada angkutan umum.

Negeri Solea hanya memiliki satu sekolah dasar. Bila anak-anak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka harus pergi ke desa tetangga atau kota kecamatan. Negeri Solea tidak ada angkutan umum sehingga untuk berangkat sekolah para siswa menumpang kendaraan khusus dengan membayar Rp 80.000 untuk sekali jalan. Akhirnya, banyak orang tua yang tidak mampu membiayai operasional para siswa.

Pada 2013, secercah harapan datang saat seorang penebang kayu membangun 3 unit rumah sederhana dengan konstruksi kayu. Atap menggunakan daun rumbia dan dinding menggunakan papan. Lokasi rumah berada di lahan kosong yang terletak di perbatasan Negeri Solea dan Negeri Air Besar. Rumah sederhana itu dimanfaatkan para siswa dari Negeri Solea untuk menginap sehingga perjalanan SLTP dan SLTA lebih dekat.

Inisiatif warga tersebut mendapat apresiasi dari banyak kalangan, termasuk Pemerintah Negeri Solea. Pada Musrenbang 2016, Pemerintah negeri Solea mengalokasikan 239 juta rupiah untuk memperbaiki Rumah Singgah, sekaligus membangun satu unit gedung (ukuran 14,5x 8 M) yang difungsikan sebagai Sanggar Belajar Remaja. Para warga menambah dana swadaya untuk mendukung program ini hingga terkumpul 12 juta rupiah. Selanjutnya, Pemerintah Negeri Solea bersama warga menentukan pihak yang bertanggung jawab dan wewenang untuk mengelola sanggar. Pada 2017, Pemerintah Desa melengkapi fasilitas Rumah Singgah dan Sanggar Belajar ini dengan buku bacaan senilai sekitar Rp 26,9 juta, dan 1 unit Meubeler senilai Rp 8 juta.

Pada tahun 2018, untuk mendukung kelancaran akses pelajar dari Rumah Singgah ke SLTP/SLTA, Pemerintah Negeri Solea mendorong partisipasi perusahaan swasta membangun 1 unit jembatan kayu berukuran 11 x 3 meter, agar jalan dapat dilalui kendaraan. Pemerintah Negeri juga mengalokasikan Dana Desa 2018 untuk pengadaan bahan bacaan senilai sekitar Rp 54,7 juta untuk mendukung proses belajar anak-anak. Pengelola sanggar menggulirkan program baru, yakni mengasah keterampilan pelajar di Sanggar, untuk bercocok tanam dan beternak. Inovasi itu membuat rumah singgah berfungsi baik. Minat belajar anak semakin meningkat. Pada 2013, ada 8 anak lulusan SD lanjut ke SLTP dan 1 anak ke SMA. Pada 2014, ada 7 anak lulusan SD lanjut ke SLTP dan 3 anak ke SLTP. Pada 2015, terdapat 5 anak yang ke SLTA, 1 kuliah di perguruan tinggi; dan 1 anak menjadi Guru PAUD di Desa Solea.

Sanggar Belajar Remaja dan Rumah Singgah sangat mendukung proses belajar anak-anak. Rumah Singgah menjadi simpul pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan) antar pemangku kepentingan dengan pemerintah desa. Keberadaan rumah singgah menjadi solusi bagi daerah yang jauh dari sekolah. Langkah terobosan pemerintah Negeri Solea patut diacungi jempul karena mampu memfasilitasi layanan sosial dasar, khususnya bidang pendidikan, dengan pemanfaatan Dana Desa. Luar biasa.

Haryono SuyonoComment