Catatan Ringan: Aa, Teteh, Mas, Mba

Oleh: Aam Bastaman

Aa merupakan panggilan kakak laki-laki dalam keluarga Sunda. Oleh karena itu panggilan Aa (sering disingkat: A) tidak digunakan terhadap adik laki-laki. Panggilan terhadap adik umumnya digunakan panggilan Ade. Oleh karena itu tidak setiap lelaki Sunda menyandang sebutan Aa. Kalau KH. Abdullah Gymnastiar (Gym) dipanggi Aa, pastilah Aa Gym adalah saudara yang paling tua di keluarganya, atau memiliki adik, sehingga ia dipanggil Aa oleh adik-adiknya.

Belakangan sebutan Aa sering dialamatkan ke banyak lelaki Sunda, seperti sebutan Mas di Jawa. Bedanya panggilan Mas dapat diberikan ke semua lelaki, tua, muda adik ataupun kakak. Itu yang membedakan. Seperti halnya panggilan Teteh (sering disingkat: Teh), diberikan kepada saudara wanita paling tua atau lebih tua. Beda dengan Mba, yang diberikan kepada semua wanita di Jawa, bukan hanya saudara wanita paling tua, atau lebih tua, tapi semua wanita bisa dipanggil Mba.

Tengoklah di kota-kota di Jawa Barat, terutama Bandung dan sekitarnya (kawasan Priangan) tidak semua lelaki mendapat panggilan Aa, missal Aa Deni, Aa Mochtar, Aa Iwan, dan tidak semua perempuan mendapat panggilan Teteh atau Teh, seperti Teh Rosa, Teh Nike, Teh Paramitha, Teh Nicky. Namun sekarang, panggilan Aa biasa disampaikan ke setiap lelaki, dan Teteh (Teh) ke semua wanita, terutama kalau namanya tidak diketahui: Seperti, “A, tolong bantu saya panggil taksi”... atau “Teh, tolong ke pinggir, ada yang mau lewat”.

Lantas apa bedanya Kang atau Akang? Sebutan Kang di Sunda (panjangnya Akang) juga ditujukan kepada saudara lelaki paing tua atau lebih tua. Namun sekarang lelaki Sunda banyak dipanggil Kang, tanpa memperhatikan status hirearki dalam urutan anak di keluarga (anak tertua, kedua atau ketiga), tapi menjadi panggilan umum, Seperti Kang Asep, Kang Emil.

Mana yang benar Kang atau Aa? Dua-duanya digunakan, hanya Aa lebih banyak bentuk panggilan adik ke kakak, atau ke lelaki yang lebih tua, dalam keluarga. Sedangkan Kang (Akang) lebih umum, bisa juga diluar keluarga, sebutan untuk lelaki yang lebih tua. Hanya sekarang baik Aa maupun Kang sama-sama banyak dipakai sebagai panggilan yang lebih umum, tidak terbatas dalam keluarga saja, sebagai sebutan kepada lelaki Sunda, sebelum menyebut namanya, seperti kang Asep ataupun Aa Gym.

Untuk teteh, ada panggilan lain yang juga sejenis, yaitu Ceuceu (atau Ceu, ingat Ceu Popong?, anggota Dewan yang sempat fenomenal). Contoh yang lainnya seperti Ceu Desi, Ceu Dewi, hanya untuk di luar masyarakat Sunda, tidak sepopuler panggilan Teteh.

Tapi ngomong-ngomong panggilan Kang, juga digunakan di Jawa, di kelompok masyarakat tertentu, seperti Kang Sobari, meskipun tidak sesering panggilan Mas. Hanya di Sunda sebutan panjangnya sebenarnya Akang, hanya sering disingkat menjadi Kang juga. Di masyarakat Jawa lainnya, terutama di Jawa Timur, penggunaan nama panggilan juga menyiratkan penghormatan (disamping kebiasaan) atas unsur keturunan keluarga, seperti sebutan Gus, atau kebiasaan penyebutan yang lebih akrab dan “merakyat” seperti Cak, yang menyiratkan hubungan yang akrab di komunitasnya, juga di Jawa Timur.

Sebutan dan nama lokal menjadi kekayaan dan kekhasan Nusantara. Keberagaman itu indah.

(Aam Bastaman)

Aam Bastaman1.png
Aam Bastaman1 Comment