Traveler Tic Talk: Antri Kopi di Campbell Street Penang

Saat jalan pagi  di George Town Penang, Malaysia, saya melihat  ada antrian lumayan panjang, ternyata antri minum kopi dan sarapan roti bakar plus telor dikedai pingir  jalan, tepatnya di sebuah gang di perkampungan Cina di Campbell street, George Town. Penasaran, saya ikut antri, ternyata kopi dan makanannya enak – roti bakar dan rebus telor tigaperempat matang. Cuma itu, tapi antriannya lumayan panjang.

Kedainya sederhana, beratapkan semacam kain terpal, menutupi gang kecil dipinggir jalan  Campbell. Beberapa kursi berjejer, tapi umunya melingkari meja-meja kecil yang jumlahnya sekitar 4-5 meja, di ruangan yang lumayan sempit. Kedai dilayani oleh pemiliknya  sendiri, keturunan Cina, berserta istrinya. Ada seorang pegawai, tapi mungkin anaknya juga.

Orang antri dengan tertib, meski menunggu sekitar seperempat sampai setengah jam, menunggu pengunjung lain menyelesaikan minum kopi dan makanannya. Ternyata setelah berbincang dengan seorang pengunjung, kedai ini memang kedai favorit masyarakat Cina sekitar Campbell street. Namun kali ini ada seorang pelancong seperti saya yang nyasar ke sana. Harganya tidak terlalu mahal, untuk kelas kedai kopi pinggir jalan, dengan 7 Ringgit sudah dapat satu menu komplit: Roti bakar, telor dan kopi hitam yang enak.

Mau nyoba? Kalau akan ke Penang atau lagi berada di  Penang, antrilah di pagi hari sekitar jam 7.00 sampai 10.00. Lokasi di Campbell Street, George Town, pulau Penang. Dari namanya kelihatan betapa  kuatnya pengaruh Inggris di pulau ini. Banyak nama jalan, gedung ataupun tempat menggunakan nama-nama Inggris, termasuk jalan di daerah Pecinan ini: Campbell Street.

Di pulau Penang (di sini diucapkan: Pineng, megikuti ucapan bahasa Inggris. Huruf “e” diucapkan “i”, serta huruf “a” menjadi “e” ) memang dominan masyarakat Cina, seperti di Singapura. Namun beragam ras  lain bercampur, ada di sana. Selain masyarakat Malaysia keturunan Cina, juga banyak orang Melayu, dan pendatang orang-orang India dan Bangladesh yang semakin bertumbuh jumlahnya. Karena itu,  jangan heran, banyak Mesjid bersebelahan dengan Kelenteng, Kuil atau Gereja. Banyak hal bercampur di pulau  yang tidak terlalu jauh jaraknya dari Medan ini (dipisahkan selat Malaka). Meski dalam kehidupan sehari-hari terlihat ada pemisahaan dalam pergaulan antara ras Cina, Melayu, ataupun India, dan Bangladesh, termasuk para TKI. Itu kelihatan dari bagaimana mereka menggunakan bahasa: Melayu,  Cina dan Hindi, ataupun khas bahasa Indonesia yang dipakai para TKI. Kedai di Campbell Street bisa dijadikan contoh, untuk sarapan pagi saja masing-masing ras punya preferensi sendiri-sendiri. Tapi bagusnya Penang relatif aman dan damai.

Aam Bastaman: Penulis dari Universitas Trilogi, Jakarta. Kumpulan tulisannya  mengenai pelancongan dijadikan buku serial,  berjudul: Traveler Tic Talk.

Street-Art-in George-Town-Penang1.jpg
Street Food Penang.jpg
Aam BastamanComment