Refleksi: Lansia Produktif

Singapura  memberdayakan Lansia untuk membersihkan toilet di Bandara, membuat Lansia tetap produktif bekerja, tidak membebani anggota masyarakat lain. Pemandangan ini antara lain bisa dilihat di bandara Changi.

Lansia memiliki tantangan yang berat bukan hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga keluarga, masyarakat dan pemerintah. Beruntung di masyarakat Asia lansia  dihormati sebagai orang tua, sesepuh, warga senior,  yang sering kali melekat persepsi bijaksana dan berpengalaman. Lansia di Asia terbiasa untuk terus bergerak, aneka kegiatan untuk lansia seperti senam pagi menjamur di banyak kawasan dimana lansia berada. Kehidupan lansia di Asia memiliki potensi lebih beruntung, lebih baik. Berbeda dengan di Barat yang lebih memperlakukan orang berdasarkan produktifitas ekonomi, Jika sudah tidak produktif maka kurang dihormati. Lansia di Barat banyak yang hidupnya statis, tinggal dipanti jompo dan kurang bergerak, sehingga menjadi  lansia di negara Barat seringkali dianggap akhir dari kehidupan yang berarti.

Lansia di Asia terbiasa  memiliki ritme terus bergerak, misalnya dengan senam Tai Chi atau bentuk kegiatan olah raga senam lainnya yang sesuai. Disamping itu, banyak lansia di Asia masih tinggal dengan keluarga, mendapatkan perhatian penuh dan menjadi tanggung jawab keluarga. Memelihara lansia di Asia dipercayai membawa berkah, karena menurut kepercyaan Asia, pengabdian kepada orang tua  mendatangkan rejeki dan kebaikan. Penghormatan terhadap lansia menjadi tata nilai yang dipegang kuat masyarakat Asia, termasuk Indonesia.

Dengan modal sosial yang kuat tersebut seharusnya lansia di Indonesia bisa hidup  lebih baik dan bahagia, bukan saja tidak menjadi beban tapi bisa tetap aktif, bergerak dan dinamis. Pada hakekatnya, semua orang jika berumur panjang pasti akan menjadi lansia. Usia ini akan dimasuki oleh semua orang, seiring dengan siklus kehidupan. Sehingga penting untuk tetap menjaga produktifitas dimasa tua.

Jumlah  penduduk diatas 60 tahun (yang menjadi cikal bakal lansia)  di Indonesia  saat ini sekitar 24 juta orang, dan akan terus bertumbuh, sehingga pada tahun 2030  diperkirakan akan berjumlah 39 juta orang. Topik mengenai produktifitas lansia seolah tenggelam dengan retorika adanya bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) melebihi jumlah penduduk usia non produktif (termasuk lansia ini). Padahal memikirkan upaya menjadikan lansia tetap produktif juga tidak kalah pentingnya. Apalagi kedepan jumlahnya akan semakin banyak seiring dengan usainya era bonus demografi setelah tahun 2035.

Untuk membuat tetap produktif, ada juga alternatif memberdayakan lansia untuk perkerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan usia dan kemampuannya. Profesi yang cocok buat lansia tentu saja pekerjaan-pekerjaan yang tidak mengandalkan kekuatan fisik, tapi pekerjaan-pekerjaan yang mengandalkan kebijaksanaan, pengalaman, pengajaran, dan intuisi serta seni. Kuncinyan bagaimana  menumbuhkan lansia produktif yang  terus bergerak dan mandiri sehingga mampu mengurangi beban orang lain, serta bisa tetap produktif.

Yang terpenting lansia didorong untuk terus bergerak, terus beraktifitas, tidak selalu untuk mendapatkan penghasilan ekonomi yang berlebih, namun minimal menjaga kesehatan dan kebugaran. Dengan terus beraktifitas melakukan kegiatan yang dapat dilakukan lansia, sehingga lansia dapat terus sehat, berbahagia  dan merasa berarti,  dan di akhir usia bisa penuh rasa syukur, tidak merasa sia-sia.

 Tidak ada kata terlambat untuk mengucapkan selamat Hari Lansia Nasional 29 Mei 2019.

 Aam Bastaman: Dosen Pascasarjara Universitas Trilogi, Jakarta. Anggota Lembaga Produktifitas Nasional/LPN. Penulis dan Pelancong.

Aam Bastaman.jpg
Aam BastamanComment