Komoditas Perikanan Siap Hadapi Era Industri 4.0

upload.jpeg


Sektor perikanan Indinesia menjadi salah satu komoditas yang patut dibanggakan. Bukan saja kualitas produknya telah mendapat pengakuan pasar Internasional. Namun yang paling menggembirakan, komoditas perikanan budi daya ini ternyata sektor yang paling siap menghadapi era Industri 4.0.


Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, salah satu komoditasnya adalah perikanan budi daya udang. "Komoditas itulah yang menjadi salah satu komoditas perikanan budi daya yang paling siap  menghadapi industri 4.0," tegasnya dalama acara Pembukaan Aquatic Asia 2018 belum lama ini di Jakarta.

Dijelaskan Slamet,  bahwa sejumlah tambak udang telah menerapkan praktik akuakultur yang baik dan berkelanjutan. Selain itu, tambak udang juga telah memenuhi sistem biosecurity atau standar bahwa komoditas tersebut terbebas dari penyakit tercemar.


Menurut dia, penerapan akuakultur atau praktik perikanan budidaya yang berkelanjutan menjadi bagian dari transformasi industri 4.0.


Komoditas ekspor perikanan budi daya lainnya, lanjut Slamet, seperti kakap putih, kerapu, dan rumput laut juga menjadi komoditas perikanan yang paling siap bertransformasi menuju industri 4.0.


Dirjen KKP menegaskan bahwa transformasi bisnis akuakultur ke dalam bagian industri 4.0 diharapkan memberi solusi terbaik, khususnya dalam membangun sebuah sistem produksi yang lebih efisien dan terukur mulai dari aspek teknis, manajemen dan penguatan SDM, hingga manajemen bisnisnya.


KKP juga telah menerbitkan kartu KUSUKA yang penerbitannya menggunakan sistem aplikasi daring dan telah diintegrasikan dengan aplikasi satu data kelautan dan perikanan, aplikasi ketelusuran sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (CPIB, CBIB, CPPIB) dan aplikasi satu kode digitalisasi pelaku industri oleh BPS yang memungkinkan untuk dapat diakses oleh sektor terkait.


Pada kesempatan lainnya, Slamet juga mengingatkan bahwa kebutuhan pangan ikan terus meningkat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sehingga penting untuk mengembangkan pembudidayaan perikanan Nusantara.


Saat ini, penduduk Indonesia sudah mencapai 265 juta orang, pada 2030 diperkirakan mencapai hampir 300 juta orang.


Konsumsi ikan per kapita penduduk Indonesia juga terus meningkat dari 43 kg pada 2017 menjadi 50 kg pada 2019.


Menurut dia, konsekuensi dari hal tersebut adalah kebutuhan bahan pangan pun meningkat, termasuk ikan.


Ia berpendapat bahwa hal tersebut terjadi antara lain karena selera makan penduduk di berbagai belahan dunia juga kini telah bergeser.


Banyak warga global kini lebih menggemari sumber protein dari daging putih, seperti ikan, ketimbang daging merah, seiring dengan tuntutan gaya hidup yang lebih sehat. ADS

Ade SudrajatComment