Sandiwara Radio “Butir-butir Pasir Di Laut” jadi Bahan Skripsi

IMG_0588.JPG

Sandiwara Radio “Butir-butir Pasir di Laut” yang disiarkan setiap hari oleh RRI di seluruh Indonesia pada tahun 1980 sampai tahun 1990-an lalu akan di angkat dalam suatu Skripsi oleh seorang Mahasiswi dari Universitas Indonesia. Mahasiswi Semester ke tujuh Citra Nurhumaira program studi Sejarah yang membawa Surat Pengantar dari Universitas Indonesia pagi ini secara khusus menemui Prof. Dr. Haryono Suyono, mantan Menko Kesra/Kepala BKKBN yang di jamannya mengambil prakarsa memasukkan Seri Sandiwara populer itu dalam bagian penting materi yang mengisi Strategi Advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi dalam mengubah budaya keluarga besar menjadi keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Menurut ceritanya Citra telah menyelesaikan tiga bab dan ingin mendapat keterangan lebih rinci.

Seperti kita ingat dengan baik pada saat awal program KB dilakukan dengan pendekatan klinik. Pada saat yang sama dikembangkan suatu studi pemberdayaan lapangan yang luas melalui pengembangan program KB berbasis masyarakat. Studi tersebut menjanjikan sehingga Deputy penanggung jawab study, Haryono Suyono, dialihkan tugasnya menjadi Deputi Operasional yang menjadikan hasil studi tersebut sebagai kegiatan operasional secara besar-besaran dengan program Advokasi dan KIE atau Komunikasi, Informasi dan Edukasi langsung kepada masyarakat luas secara masif.

Inti kegiatan Advokasi itu adalah pendekatan secara struktural kepada semua lembaga masyarakat diajak menjadi pemilik, penanggung jawab dan pelaksana program dalam jalur masing-masing sehingga perubahan sosial besar yang diarah dari Budaya Keluarga Besar menjadi Budaya Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera tidak lagi harus dianggap menjadi tanggung jawab atau milik BKKBN, tetapi suatu tanggung jawab Nasional yang dipimpin langsung oleh Presiden RI dengan BKKBN sebagai pendukung utamanya. Di samping itu kepada khalayak luas di ajak melaksanakan program KIE positif yang kuat dalam berbagai jalur. Jalur pribadi melalui petugas lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang dilatih khusus serta relawan yang paling dekat dengan sasaran, Komunikasi kelompok yang kuat sesuai dengan sifat dan kedekatan kelompoknya diajak menjadi penyalur informasi untuk kelompoknya, komunikasi masa melalui medianya mulai Radio, TV, Surat Kabar dan Majalah serta Para Pemimpin masyarakat, sebagai media yang ampuh diajak berkiprah sesuai sifat media dan sasarannya. Masing-masing pembawa pesan dilatih atau diberi amunisi atau sekedar di-“sentuh” agar mengembangkan materi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang menjadi tanggung jawabnya. Suatu aliran informasi dan edukasi yang sangat masal tetapi dengan tujuan dan tahapan yang ditata rapi sesuai dengan perkembangan pencapaian program.

TVRI setiap hari menayangkan kegiatan para pemimpin pusat dan daerah dalam membawa pesan kesertaan KB dengan sikap dan tingkah laku pemimpin yang sangat simpatik. Surat kabar dengan positif setiap hari mengabarkan tanggapan yang menggembirakan dari setiap desa terhadap partisipasi KB, Radio setiap jam membawakan lagu KB yang intinya bahwa “Ikut KB sudah waktunya”. Lebih dari itu, setiap hari, setelah mulai tertata rapi, RRI menyajikan Sandiwara Radio berjudul “Butir-butir Pasir di Laut” menggambarkan semangat persatuan dan kesatuan, ciri dan aneka ragam suasana keluarga di daerah, dan secara tidak langsung perubahan sikap yang makin rasional menerima norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dengan dua anak cukup, laki perempuan sama saja, tanpa menempatkan keluarga yang sudah terlanjur memiliki anak banyak sebagai keluarga yang salah atau berdosa tetapi sebaliknya diterima dengan senang hati kalau mau menjadi pelopor ikut sebagai peserta KB.

Dalam kesempatan bertemu Citra, mahasiswa UI secara langsung mengadakan interview dan mencoba mendapatkan secara terperinci sejarah awal Sandiwara Radio “Butir-butir Pasir di Laut” yang semula ditayangkan di Filipina. Dengan ijin pemiliknya cerita Sandiwara itu di sesuaikan oleh Tim dari RRI yang dipimpin oleh Eddy Basrul Intan dibantu Tim dari BKKBN. Penyesuaian itu diarahkan agar makin dekat kultur dan suasana berbagai daerah di Indonesia. Hasil penyesuaian itu diserahkan kepada Tim RRI Pusat yang dipimpin oleh tokoh Sutradara Sandiwara Radio terkenal John Simamora.

Cerita yang dibawakan oleh Butir-butir Pasir di Laut bukan Kampanye KB, hanya sponsornya saja dari BKKBN, tetapi menurut Edy yang bergelut dalam lingkungan RRI, beberapa poin penting dalam serial drama yang naskah Radio ditulisnya itu mengandung begitu banyak pelajaran mencintai Indonesia, misalnya keberagaman Indonesia yang semakin erat dalam perbedaan. Edy mengambil misal, tema-tema yang berisi "tiang tiang pancang" daerah perbatasan yaitu, Pulau Sebatik, Melayu, Makassar dan Madura juga dari Maluku adanya anak Indonesia yang tinggal di pelosok negeri membangun negerinya. Ada "pesan tak bertulis" yaitu penguatan karakter daerah didalamnya. Misalnya ada daerah Bali, Tapanuli dan Minangkabau, pesannya adalah bagaimana orang-orang kita dulu memberikan pesan yang mulia terhadap anak-anaknya dan sangat memberi arti terhadap sosok manusia karena adanya persatuan dan kesatuan.

Sandiwara yang ditayangkan lebih dari lima belas tahun itu, kalau tidak salah memiliki tidak kurang dari 6000 sampai 7000 episode yang ditayangkan setiap hari oleh RRI Pusat dan disiarkan pada waktu yang sama di seluruh jajaran RRI di seluruh Indonesia. Karena kenyataan itu, sebagai sponsor, BKKBN selalu membawa kegiatan RRI itu dalam berbagai Konperensi Internasional sebagai sumbangan pemerintah melalui Radio yang menjadi Idola rakyat banyak, biarpun tidak semua pesannya menjelaskan kontrasepsi atau harus ikut KB, tetapi khalayak peserta dan umum merasa bahwa ikut KB akan dihibur dan mengetahui secara pasti tahu karena BKKBN, dalam setiap kesempatan menganjurkan rakyat mendengarkan RRI dan sandiwara itu. Karena itu para peserta KB merasa berterima kasih karena dihibur oleh BKKBN.

IMG_0591.JPG

Kegiatan itu selalu dengan bangga dibawa oleh BKKBN dalam berbagai forum internasional sebagai suatu kebanggaan adanya kerja sama antar instansi pemerintah. Pesan itu mendapat sambutan sehingga pada tanggal tanggal 4 Agustus 1984 Sandiwara “Butir-butir Pasir Di Laut” memperoleh penghargaan tertinggi dari Lembaga Kependudukan Dunia di Meksiko sebagai sandiwara terbaik tingkat dunia. Setelah diberi tahu oleh BKKBN adanya penghargaan itu, pihak Direksi RRI terkejut karena tidak pernah ikut dalam Lomba tingkat internasional, tetapi diyakinkan bahwa yang mengikutkan adalah BKKBN.

Alhamdulliah, menurut kabar Sandiwara “Butir-butir Pasir Di Laut” itu disiar ulang oleh RRI sejak tahun 2017 yang lalu, semoga sama populernya dibanding keadaannya pada tahun 1980 -1990-an. Semoga dan selamat.

Haryono SuyonoComment