Jawa Tengah membangun Desa dan keluarganya
Minggu lalu melalui Acara Arumdalu, dialog selama satu setengah jam melalui TVRI Jawa Tengah, Haryono Suyono, mantan Menko Kesra Taskin, Ketua Tim Pakar Menteri Desa PDTT, mengantar dialog interaktif membangun Jawa Tengah dan keluarganya. Acara itu disponsori oleh BKKN Pusat, Kementrian Desa PDTT dan Yayasan Damandiri melanjutkan tradisi Gerakan Pembangunan Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mantan Presiden HM Soeharto sejak tahun 1990-an melalui partisipasi kerja gotong royong bersama masyarakat luas. Acara pada awal minggu ini di Semarang dihadiri oleh Kepala BKKBN Provinsi Jateng Wagino SH yang diramaikan oleh jajarannya, Dr Munjirin SPOG, ES, Bupati Semarang, F fahtoni MPd Diaspora mewakili Bupati Brebes yang diikuti jajarannya dan Dr Suciati M Hum Wakil Rektor Universitas PGRI Semarang yang diantar para dosen dan puluhan mahasiswanya.
Acara malam itu membahas kemajuan yang luar biasa dari Program Pembangunan Keluarga di Jawa Tengah yang akhir-akhir ini maju pesat mengejar provinsi Jawa Timur yang selalu menjadi juara dengan tingkat kelahiran 2,1 anak sehingga mendahului seluruh provinsi di Jawa menjadikan provinsi yang semula paling padat penduduk itu menjadi provinsi tumbuh seimbang. Provinsi Jateng akhir-akhir ini bekerja keras dan telah mencapai keadaan penduduk dengan fertilitas 2,3 anak sehingga kalau konsisten bisa dengan cepat mendapatkan angka 2,1 anak akan menjadi provinsi besar yang tumbuh seimbang.
Namun menurut Wagino, Kepala BKKBN Jateng, masih ada Kabupaten yang ketinggalan sehingga perlu dipacu untuk maju dengan mengajak generasi muda berbondong-bondong ikut KB dengan dukungan pembangunan di desanya yang makin cepat berusaha mengentaskan kemiskinan sehingga alasan menikah muda agar segera terbebas dari kesulitan dalam keluarganya, makin bisa diatasi kalau para Pimpinan Desa dan para sesepuh desanya secara konsisten sepakat agar setiap keluarga miskin dijadikan fokus untuk ditangani dengan ikut serta dalam kegiatan yang dibantu dana desa. Apabila setiap penduduk miskin di sekolahkan dan mendapat pekerjaan, maka dengan cepat keluarga itu akan tidak miskin lagi sehingga tekanan untuk membebaskan anaknya dari keluarga dengan menikahkan pada usia muda bisa diundurkan. Anak muda disekolahkan setinggi mungkin dan bekerja sebelum menikah sehingga bisa membangun keluarganya dengan lebih baik. Karena itu dalam dialog malam itu Wagino di dampingi oleh anak-anak muda Duta Remaja dan anak-anak muda SMA dan Perguruan Tinggi yang secara sukarela menjadi penganjur anak-anak muda sebaya untuk belajar setinggi mungkin dan baru menikah pada usia yang dewasa.
Komentar awal dari Wagino yang dewasa ini kerja keras tidak saja memperkenalkan kontrasepsi tetapi mengajak warga Jateng menikah pada usia lebih dewasa disambut oleh Bupati Semarang yang kebetulan seorang dokter ahli kandungan bahwa dewasa ini usaha mendewasakan usia perkawinan mendapat angin segar karena kesempatan sekolah makin terbuka dan keadaan keluarga di desa makin memungkinkan mengirim anaknya sekolah sampai setinggi-tingginya agar kehidupannya di masa depan lebih sejahtera. Pendidikan yang memadai akan menjamin mendapatkan perkerjaan yang lebih baik.
Karena itu di Kabupaten Semarang kegiatan KB digalakkan dibarengi dengan kegiatan peningkatan mutu sumber daya manusia dengan dorongan pendidikan yang lebih tinggi agar masyarakat di Semarang yang relatif dekat dengan Ibu Kota Provinsi mampu menjadi sumber daya manusia yang makin berkualitas. Di Kabupatennya generasi muda mendapat kesempatan mengembangkan kegiatan mengajak generasi muda lain dalam berbagai kegiatan agar secara otomatis menjadi pendorong pendewasaan usia nikah melalu kegiatan yang berguna untuk masa depan keluarga mereka.
Ibu Wakil Rektor Dr Suciati M Hum yang mewakili Rektor dengan mayoritas mahasiswanya bakal menjadi lulusan dengan latar belakang pendidikan itu sangat setuju pada pendekatan pembangunan yang komprehensif sehingga setiap tahun mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditujukan tidak saja membantu penyegaran pengertian anak muda ber-KB tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai hidup mandiri dan sejahtera. Pada umumnya sejak muda anak-anak didiknya telah ikut gencar menjadi Duta Genre, Duta Anak Muda untuk anak muda. Pada waktu salah satu mahasiswa dipersilahkan “ujuk gigi” memperagakan kehebatannya, dengan lancar anak muda tersebut seakan melebihi petugas lapangan yang tegas dan meyakinkan memberikan petunjuk yang jitu. Suatu kemajuan partisipasi masyarakat yang digalang sejak tahun 1970-an masih tetap menjadi andalan pembangunan keluarga di Indonesia. Kalau ini berlangsung secara konsisten maka tidak lama lagi Kampung KB yang partisipasi KB-nya rendah akan berubah menjudi “Kampung dan Desa sejahtera” di mana keluarga di dalamnya terdiri dari keluarga yang mandiri, bahagia dan sejahtera yang mengisi Indonesia baru yang maju, mandiri dan sejahtera. Semoga.