Pesantren sebagai penggerak pembangunan Desa

pesantren.jpg

Sejak empat tahun terakhir Presiden Jokowi melanjutkan gagasan yang dirintis oleh Presiden HM Soeharto membangun desa dan masyarakat desa dengan gegap gempita. Kalau di masa lalu Pak Harto membangun mulai dari pengembangan inpres Sekolah Dasar, SMP dan SMA, Puskesmas Desa dan pasar desa, maka pak Jokowi mulai dengan pembenahan desa itu dengan sarana dan prasarana, seperti di desa IDT yang digelontor dengan dana yang cukup melimpah. Kalau pak Harto mulai dengan 2000 Desa IDT, maka pak Jokowi langsung membangun sarana dan prasarana itu di semua desa. Sehingga  semua desa yang hampir 75.000 desa bergerak serentak membangun sarana dan prasarana di desanya.

Sudah sangat populer di banyak desa terdapat pesantren yang dikelola oleh para sesepuh Kyai yang sangat berpengaruh dan memiliki kharisma yang tinggi. Jumlah pesantren tersebut sangat banyak, ada santrinya yang berjumlah ribuan, ada pula ratusan, dan ada yang hanya sedikit tetapi melakukan kegiatan pendidikan keagamaan yang kuat. Yang banyak memiliki santri biasanya melakukan pendidikan keagamaan dan pendidikan umum mirip pendidikan sekolah biasa atau bahkan menyelenggarakan pendidikan resmi dalam bentuk sekolah sepeti Madrasah tingkat SD, SMP, SMA dan bahkan ada yang mengelola pendidikan tinggi.

Pesantren yang dikelola oleh Muhammadiyah biasanya langsung mengarah ke jenjang pendidikan mulai SD sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Binaan NU juga mirip seperti itu, tetapi binaan  perorangan sangat variatif. Di Bekasi Utara terdapat Pesantren At Taqwa yang didirikan oleh seorang sesepuh yang telah mendapat anugerah Pahlawan Nasional yaitu Kyai Noer Ali yang memiliki pesantren yang dilengkapi berbagai pusat pendiidikan mulai tingkat SD, SMP sampai ke tingkat SMA. Pesantren ini sekarang dipimpin puteranya Kyai Amin Noer yang melanjutkan  tradisi sebelumnya. Pada tingkat desa, RW atau RT terdapat kelompok yang menginduk pada Mushola di lingkujgan RT atau RWnya. Lingkungan Mushola ini mirip dengan kampung karena penduduk sekitarnya menginduk atau biasanya sholat berjamaah atau belajar agama pada Mushola yang sama.

Yayasan Anugerah, dalam bincang-bincang dengan salah satu Pimpinan, Kyai Jabbar dan anggota Pengurus At Taqwa lain dikandung maksud untuk melakukan pemberdayaan keluarga berbasis Musholla dengan pusat pada Masjid sehingga keakraban komunintas dapat dijamin serta upaya pembangunan itu dikendalikan atau setidaknya mendapat dukungan dari komunitasnya. Pemberdayaan berbasis komunitas ini diharapkan dapat membantu desa menyelesaikan upaya pengentasan kemiskinan lebih mandiri dan cepat karena keterlibatan komunitas secara aktif dalam arahan gotong royong yang tinggi.

Haryono SuyonoComment