Menikmati Desa Wisata PakseBali

Pulau Bali sangat terkenal dengan wisata alam dan tarian yang tidak ada taranya. Di masa lalu Bali juga menjadi ajang pengembangan program KB yang mendunia karena banyak petugas dari luar negeri berlatih di Bali berbondong diantar lembaga donor berebut wisata ke Bali. Tingkat kemiskinan yang nampir lenyap di masa lalu bangkit kembali sehingga dalam era ini upaya pembangunan desa dan masyarakat di Bali perlu mengatasi kemiskinan yang tersisa tersebut.

WhatsApp Image 2018-10-27 at 19.58.06.jpeg

Suatu Tim dari berbagai daerah dipimpin oleh Haryono Suyono, Ketua Tim Pakar, Jimly Gani, Abdullah Kamil, Muhammad Baedowi, para Pendamping Ahli dari berbagai wilayah, Kepala Balai Pelatihan dan pejabat lainnya meninjau Desa PakseBali di Kecamatan Dawan melihat bagaimana desa ini mengatasi kemiskinan dengan dana desa yang digulirkan ke desanya.

Melalui musyawarah desa diputuskan pembangunan sarana desa dengan memperbaiki jalan kampung, sarana pasar, sarana irigasi desa dan air bersih untuk konsumsi warga sehingga pertanian dan kegiatan sehari-hari di desa yang jaraknya dari Denpasar sekitar dua jam itu makin menggeliat. Masyarakat membentuk Bumdes dengan kegiatan bertahap mulai dari kegiatan sosial menolong dan mendaftar keluarga miskin dimasukkan dalam peta keluarga terbagi atas keluarga prasejahtera, sejahtera I, II dan III serta keluarga yang dianggap mampu dan berjiwa sosial, keluarga sejahtera III Plus.

Dalam kegiatan wisata, Bumdes memanfaatkan air terjun sebagai obyek wisata yang indah sehingga wisatawan dihibur melalui aliran air terjun yang indah mengalir deras tersebut sebagai pemandangan alam untuk foto kenangan yang menawan. Tetapi lebih dari itu, kalau ingin melihat air terjun dengan baik, wisatawan perlu masuk rumah makan agar bisa memotret pemandangan dengan sudut yang baik. Sementara itu wisatawan “disuguhi” makan dan minum kopi yang lezat tetapi menghasilkan usang untuk Bumdes. Bahkan kalau mau membawa kopi khusus dari desa ini sudah tersedia dalam kemasan manis untuk oleh-oleh. Mereka dis8uguhi juga karya seni dan kain tenun yang konon cerita penjualnya tidak perlu kuatir mengecil (mengkeret) dengan bukti yang dipakai penjualnya sebagai sample meyakinkan. Keluarga prasejahtera diberi pekerjaan sehingga dalam tiga tahun terakhir, menurut paparan Kepala Desa I Wayan Suteja, kemiskinan telah turun lebih 25 persen dan diharapkan akan habis bukan karena digusur tetapi berubah menjadi keluarga yang sejahtera. Kepala Desa I Putu Hariyadi menjamin bahwa upaya pengentasan kemiskinan melalui peta keluarga yang akurat sangat meyakinkan karena keluarga miskin diberi jamban keluarga, anaknya di masukkan dalam PAUD dan istri mereka dilatih ketrampilan menenun atau diberi modal berjualan di tempat wisata sehingga tidak perlu diberi “jatah” bantuan gratis tetapi membantu dirinya sendiri dengan bekerja keras dan rajin melayani tamu wisata yang datang. Suatu konsep pengentasan kemiskinan bukan dengan sistem charity atau belas kasihan, tetapi setiap keluarga miskin dilatih ketrampilan dan pekerjaan yang menjamin kehormatan keluarganya.